Selasa, Desember 30, 2008

Cewek Birahi Tinggi

http://veronika-telanjangbugil.blogspot.com



NGENTOT




http://veronika-telanjangbugil.blogspot.com

ABG SEMARANG

Yang Baru


ABG Semarang download disini

Aku Siap Melayanimu


http://veronika-telanjangbugil.blogspot.com

CERITA SERU -Temanku, Aku dan Istriku


http://veronika-telanjangbugil.blogspot.com

Ivan namaku berpostur tinggi dengan berat yang ideal serta penampilan dan wajah keren kalau kata teman-temanku, saat ini aku berusia 24 tahun, kelahiran Bandung. Terus terang aku termasuk lelaki yang mempunyai libido seks tinggi dan butuh variasi yang bermacam-macam dalam melakukan hubungan seks. Saat ini aku sudah bekerja dan mempunyai posisi yang cukup bagus. Serta sudah mempunyai seorang istri yang cantik dan berkulit putih mulus dengan postur tubuh yang menarik serta selalu merangsang nafsuku.

Cerita yang akan kutampilkan ini adalah pengalamanku beberapa waktu lalu. Saat itu aku mendapat undangan dari seorang teman lamaku yang bernama Jay. Jay adalah temanku semasa kuliah dulu di kota Surabaya. Sejak lulus dari kuliah kami tidak pernah bertemu, tetapi komunikasi melalui telepon tetap berjalan lancar. Saat ini dia juga sudah menikah, dan aku belum mengenal istrinya. Dia juga saat ini sudah berkerja di salah satu perusahaan besar di Surabaya, sedangkan aku berkerja di Jakarta sampai sekarang.

Pada saat menghubungiku, Jay mengatakan bahwa dia akan berada di Jakarta selama satu minggu lamanya dan tinggal sementara di sebuah apartemen yang telah disediakan oleh perusahaannya. Dia juga datang bersama istrinya dan saat ini mereka juga belum mempunyai anak seperti aku dan istriku, maklum kami kan masing-masing baru menikah dan masih fokus ke karir kami, baik istriku ataupun istri Jay hanya ibu rumah tangga saja, sebab kami pikir kondisi itu lebih aman untuk mempertahankan sebuah rumah tangga, karena dunia kerja pergaulannya menurut kami tidaklah aman bagi istri-istri kami.

Malam itu sampailah kami di kamar apartemen yang dihuni oleh Jay dan istrinya.
"Hai.. Jay gimana kabar kamu, sudah lama yach kita nggak ketemu, kenalkan ini istriku Lusi," kataku.
"Hai Van, nggak ngira gua kalau bakalan bisa ketemu lagi sama kamu, hai Lusi.. apa kabar, ini Sari istriku, Sari ini Ivan dan Lusi.." kata Jay balik memperkenalkan istrinya dan mengajak kami masuk.
Kemudian kami ngobrol bersama sambil menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Jay dan Sari. Kulihat Lusi dan Sari cepat akrab walaupun mereka baru ketemu, begitu juga dengan aku dan Jay.

Ketika Sari dan Lusi asyik ngobrol macam-macam, Jay menarikku ke arah balkon yang ada dan segera menarik tanganku sambil membawa minuman kami masing-masing.
"Eh.. Van gua punya ide, mudah-mudahan aja elo setuju.. karena ini pasti sesuai dengan kenakalan kita dulu.. gimana.." kata Jay.
"Mengenai apa.." kataku.
"Tapi elo jangan marah ya.. kalau nggak setuju.." kata Jay lagi.
"Oke gua janji.." kataku.
"Begini.. gua tau kita kan masing-masing punya libido seks yang tinggi, gimana kalau kita coba bermain seks bersama malam ini, dengan berbagai variasi tentunya, elo boleh pakai istri gua dan gua juga boleh pake istri kamu, gimana.." ucap Jay.
"Ah.. gila kamu.." kataku spontan.

Tetapi aku terdiam sejenak dan berpikir sambil memandangi Lusi dan Sari yang sedang asyik ngobrol. Kulihat Sari sangat cantik tidak kalah cantiknya dengan Lusi, dan aku yakin bahwa sebagai laki-laki aku sangat tertarik untuk menikmati tubuh seorang wanita seperti Lusi maupun Sari yang tidak kalah dengan ratu-ratu kecantikan Indonesia.

"Gimana Van.. kan kita akan sama-sama menikmatinya, tidak ada untung rugilah.." kata Jay meminta keputusanku lagi.
"Tapi gimana caranya.. mereka pasti marah.. kalau kita beritahu.." aku balik bertanya.
"Tenang aja, gua punya caranya kalau elo setuju.." kata Jay lagi.
"Gua punya Pil perangsang.. lalu kita masukkan ke minuman istriku dan istrimu.. tentunya dengan dosis yang lebih banyak, agar mereka cepat terangsang, dan kita mulai bereaksi."
"Oke.. gua setuju.." kataku.
Dan kami pun mulai melaksanakan rencana kami tersebut.

Jay mengambil gelas lagi dan memasukkan beberapa butir pil perangsang ke dalam dua buah gelas yang sudah diisi soft drink yang akan kami berikan kepada Lusi dan Sari. "Aduh.. asyik amat.. apa sich yang diobrolin.. nich.. minumnya kita tambah.." kata Jay sembari memberikan gelas yang satu ke Sari, sedangkan aku memberikan yang satu lagi ke Lusi, karena kebetulan minuman milik mereka yang sebelumnya kelihatan sudah habis. Kemudian Lusi dan Sari langsung menenggak minuman yang kami berikan beberapa kali. Aku duduk di samping Lusi dan Jay duduk di dekat Sari, kami pun ikutan ngobrol bersama mereka. Beberapa waktu kemudian, baik aku maupun Jay mulai melihat Lusi dan Sari mulai sedikit berkeringat dan gelisah sambil merubah posisi duduk dan kaki mereka, mungkin obat perangsang tersebut mulai bereaksi, pikirku.

Kemudian Jay berinisiatif mulai memeluk Sari istrinya dari samping, begitu juga aku, dengan sedikit meniupkan desah nafasku ke tengkuk Lusi istriku.
"Sar.. aku sayang kamu.." kata Jay.
Kulihat tangannya mulai meraba paha Sari, istrinya.
"Eh Jay.. apaan.. sich kamu.. kan malu.. akh.. ah.." kudengar suara Sari halus.
"Nggak pa-pa.. ah.. ah.. kamu sayangku.. ah.." desah Jay meneruskan serangannya ke Sari.
Melihat kondisi itu, Lusi agak bingung.. tapi aku tahu kalau dia pun mulai terangsang dan tak kuasa menahan gejolak nafsunya.
"Lus.. aku cinta kamu.. ukh.. ulp.. ah.."
Aku pun mulai memeluk Lusi istriku dan langsung mencium bibirnya dengan nikmat, dan kurasa Lusi pun menikmatinya. Aku pun mulai memeluk tubuh istriku dari depan, dan tanganku pun mulai meraba bagian pahanya sama seperti yang dilakukan oleh Jay.
"Lus.. akh.. ak.. kamu.. sangat cantik sayang.." kataku.
"Akh.. Van.. ah.. ah.." desah istriku panjang, karena tanganku mulai menyentuh bagian depan kemaluannya, dan mengelus dan mengusapnya dengan jari tangan kananku, setelah terlebih dahulu menyibakkan CD-nya secara perlahan.

Kulihat Jay sudah membuka bajunya dan mulai perlahan membuka kancing baju Sari istrinya, yang kelihatan sudah pasrah dan sangat terangsang. "Ah.. Jay.. ah.. ah.. ah.." desah Sari kudengar. Dan Jay sudah berhasil membuka seluruh pakaian Sari, dan kulihat betapa mulusnya kulit Sari yang saat ini hanya tinggal CD-nya saja, dan itu pun sudah berhasil ditarik oleh Jay. Tinggallah tubuh bugil Sari di atas sofa yang kami gunakan bersama itu dengan kelakuan Jay pada dirinya. Kulihat Jay pun sudah membuka semua pakaiannya dan sekarang tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh Sari maupun Jay yang saat ini saling rangkul dan cium di sampingku dan istriku. "Ah.. ulp.. ulp.. ulp.. ah.. sst.. sst.." kulihat Sari menjilat dan menghisap kemaluan Jay yang putih kemerahan dengan nikmatnya. "ukh..ukh..ohh..ukh.." erang Jay menikmati permainan Sari.

Aku pun sekarang sudah berhasil membuka semua pakaian Lusi istriku, kulanjutkan dengan meremas buah dadanya yang kenyal itu dan kulanjutkan dengan mengisap kedua puting susunya perlahan dan berulang-ulang. "Ah.. ah.. ah.. Van.. terus.. ah.. ah.." desah Lusi keenakan. Tangan Lusi pun mulai membuka celanaku dengan tergesa-gesa karena hanya celanaku yang belum kubuka dan kelihatannya Lusi sudah mulai tidak sabaran. "Akh.. akh.. ukh.. oh.." ketika celana dan CD-ku terbuka dan jatuh ke bawah, Lusi segera memegang kemaluanku dan menjilatinya seperti apa yang dilakukan oleh Sari.

Aku kemudian segera mengatur permainan dengan mengambil posisi jongkok dan membuka lebar kedua kaki istriku dan mulai menjilati klitorisnya dan semua bagian luar kemaluannya,
"Aah.. oh.. terus.. terus Van.. enak.. akh.. akh.." desah Lusi.
"Ulp.. ulp.. sst.. sst.. ah.. uhm.. uhm.. uhm.."
Aku terus menjilati klitoris istriku dan kulihat bibir kemaluan dan klitorisnya merekah merah merangsang serta kelihatan basah oleh jilatanku dan air kenikmatan milikya yang tentunya terus mengalir dari dalam kemaluannya.
"Ah.. terus.. ah.. ah.. terus Van.. enak.. akh.. akh.. ukh.." rintih Lusi.
Yang membuka lebar kedua kakinya serta meremas buah dadanya sendiri dengan penuh kenikmatan.

Perlahan kulihat Jay menggendong Sari istrinya dan membaringkannya sejajar di sebelah istriku di sofa panjang yang kami pakai bersama ini, kemudian Jay mulai memasukkan kedua jari tangannya ke lubang kemaluan milik Sari dan mengocoknya pelan serta menariknya keluar masuk.
"Akh.. Jay.. ahk.. kamu.. gila Jay.. akh.. terus.. terus Jay.. ahh.." rintih Sari terdengar.
"Ukh.. ah.. ulp.. akh.. akh.. akh.. oh.. oh.. oh.."
Suara dan desahan dari istriku dan Sari secara bersamaan dan penuh kenikmatan. Perlahan tangan kananku mulai ikut meraba kemaluan Sari yang berada di sebelah istriku. Dan aku pun ikutan memasukkan kedua buah jariku ke kemaluan Sari tersebut. Dan Jay pun membiarkan semua itu kulakukan, kemudian sambil terus mengocok lubang kemaluan Sari, tangan kiri Jay pun mulai ikut meraba kemaluan istriku yang saat ini tanpa rambut, karena habis kucukur kemarin, permainan ini terus berlanjut baik Sari maupun istriku membuka dan menutup matanya menikmati permainan yang aku dan Jay lakukan.

Perlahan aku mulai meraba buah dada sari dengan tangan kananku dan meremasnya pelan, kurasakan buah dada milik Sari lebih kenyal dibanding milik istriku, tetapi buah dada istriku lebih besar dan menantang untuk dihisap dan dipermainkan. Kemudian aku mulai berdiri dan mengarahkan kemaluanku yang berukuran panjang 16 cm serta diameter 4 cm itu ke arah mulut istriku, dan tangan kananku terus meremas buah dada milik Sari. Istriku dan Sari pun membiarkan semuanya ini terus berlanjut. Dan kulihat Jay tetap memasukkan dan mengocok kedua lubang kemaluan yang di depannya dengan kedua buah tangannya dengan sekali-kali meremas buah dada milik istriku maupun Sari, istrinya.

Kemudian Jay mulai berdiri dan mengarahkan kemaluannya ke lubang kemaluan Sari yang sudah sangat basah, "Ah.. Jay.. terus.. masukkan.. terus Jay semuanya.." kata Sari.
Melihat itu aku pun mulai mengarahkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan istriku.
"Akh.. ukh.. ah.. oh.. ah.. oh.." erang istriku keenakan.
Saat ini baik posisiku dan jay maupun Lusi dan Sari berada pada posisi yang sama. Aku dan Jay terus menarik turunkan kemaluan kami di lubang kemaluan milik Sari dan Lusi. Begitu juga dengan Sari dan Lusi membuka lebar kakinya dan memeluk pinggangku maupun Jay seolah-olah mereka takut kehilangan kami berdua.

Selang beberapa saat kemudian Jay menghentikan kegiatannya dan memintaku mundur, kemudian memasukkan batang kemaluannya yang berukuran panjang 17 cm tetapi diameternya mungkin 3 cm dan kelihatan begitu panjang dari punyaku hanya punyaku lebih besar dan keras dibanding kemaluan Jay yang terus menuju ke lubang kemaluan milik istriku. Kulihat istriku cukup kaget tetapi hanya pasrah dan terus menikmati kemaluan milik Jay yang mulai mengocok lubang miliknya tersebut. Aku pun mulai juga mengarahkan kemaluanku ke lubang kemaluan milik Sari, perlahan kurasakan lubang kemaluan Sari masih cukup sempit serta menjepit batang kemaluanku yang kutekan perlahan.
"Akh.. akh.. Sar.. memekmu begitu padat.. dan enak.. akh.." kataku.
"Terus.. Van.. Terus.. punyamu begitu besar.. terus Van.. enak.. akh.." rintih Sari.
"Van.. terus.. beri aku kenikmatan.. akh.. akh.. terus Van.. enak.. lebih dalam Van.. akh.."
"Lus.. punyamu begitu enak.. sangat.. rapat dan menjepit kontolku.. akh.." desah Jay kepada istriku.
"Ehm.. ehm.. ukh.. ukh.. lebih dalam Jay.. lebih dalam.. teruskan Jay.. teruskan.. kontolmu.. sangat panjang.. akh.. dan menyentuh.. dinding.. rahimku.. akh.. akh.. enak.. Jay.." desah istriku lirih.

Kemudian aku terus meremas dan menjilat puting susu milik Sari dan sekali-kali kugigit pelan putingnya dan Sari terus menikmatinya, sementara kemaluanku terus naik-turun mengocok lubang kemaluan Sari yang terasa padat dan kenyal serta semakin basah tersebut. Terasa batang kemaluanku serasa masuk ke lubang yang sangat sempit dan padat ditumbuhi daging-daging yang berdenyut-denyut menjepit dan mengurut batang kemaluanku yang semakin keras dan menantang lubang kemaluan Sari yang kubuat basah sekali, dan Sari pun terus menikmati dan mengangkat pinggulnya serta menggoyangkannya saat menerima hujaman batang kemaluanku yang saat masuk hanya menyisakan dua buah biji kemaluan yang menggantung dan terhempas di luar kemaluan Sari tersebut.
"Akh.. Sar.. enak.. sekali.. punyamu.. akh.. akh.." desahku.
"Oh Van.. aku sangat.. suka.. milikmu ini.. Van yang besar dan keras ini.. akh.. ogh.. ogh.. terus Van.. ah.."

Kulihat Jay membalikkan tubuh istriku dan memasukan kemaluannya yang panjang putih kemerahan tersebut dari belakang,
"Akh.. akh.. akh.. Jay.. terus.. lebih dalam Jay.. akh.. enak.. Jay.." rintih istriku, yang kulihat buah dadanya menggantung bergoyang mengikuti dorongan dari kemaluan Jay yang terus keluar masuk, dan kemudian tangan Jay meremas buah dada tersebut serta menariknya.
"Akh.. Jay.. akh.. ogh.. ogh.. ahh.." jerit nikmat istriku menikmati permainan Jay dari belakang tersebut.
"Ogh.. Lus.. buah dadamu begitu besar.. dan.. enak.. ukh.. ehm.. ehmm.." sahut Jay penuh kenikmatan.

Sari mencoba merubah gaya dalam permainan kami, saat ini dia sudah berada di atas tubuhku yang duduk dengan kaki yang lurus ke depan, sedangkan Sari memasukkan dan menekan kemaluannya dari atas ke arah kemaluanku.
"Blees.."
"Aakh.. enak.. akh.. Van punyamu begitu besar.. akhg.." desah sari yang terus menaik-turunkan tubuhnya dan sesekali menekan dan memutar pinggulnya menikmati kemaluanku yang terasa nikmat dan ngilu tetapi enak.
"Oh.. Sar.. terus.. ah.. ah.." desahku.
"Oh Van.. oh.. oh.. oh.. Van.. aku hampir keluar Van.. aogh.. ogh.." jerit Sari.
"Okh.. Van.. okh.. aku ke.. luar.. okh.. okh.." tubuh Sari mengejang bagaikan kuda dan kurasakan kemaluanku pun bergetar mengimbangi orgasme yang dicapai Sari.
"Oh.. ukh.. okh.. Sar aku juga keluar.. okh.. okh.."
Kami pun berpelukan dan mengejang bergetar bersama serasa berada di awan, menikmati saat klimaks kami tersebut selama beberapa saat hingga kemudian kami berdua merasa lemas, dan tetap berpelukan dengan posisi Sari di atas, seolah kami sangat takut kehilangan satu sama lain sambil memandangi permainan Jay dan istriku di sebelah kami.

Kulihat Lusi istriku sangat menikmati permainan ini dengan posisi bagaikan anjing atau kuda yang sedang kawin, buah dada istriku yang besar bergoyang-goyang ke depan-belakang dengan cepatnya, sekujur tubuh Jay maupun istriku berkilap dikarenakan keringat yang mengalir pelan karena permainan seks mereka ini, kulit Jay yang putih mulus karena dia berdarah Manado ini kelihatan bersinar begitu juga istriku begitu menikmati panjangnya kemaluan Jay. Tangan istriku meremas sandaran sofa dan berteriak lirih, "Ah.. ah.. ah.. uh.. uh.. uh.. Jay tekan terus Jay dengan keras.. ah.. ah.." kulihat satu tangan istriku memutar dan memelintir puting susunya sendiri serta sekali-kali meremas keras buah dadanya tersebut seolah takut kehilangan kenikmatan permainan mereka tersebut.

Aku kemudian mendorong kepalanya dan sebagian tubuhku dan berbaring di bawah buah dada istriku, kemudian berinisiatif untuk ikut meremas buah dadanya dan mengisap puting susunya, "Akh.. Van.. akh.. enak.. ogh.. ogh.. ogh.. terus Van.." rintih istriku, terasa olehku kemudian Sari menjilati dan menghisap batang kemaluanku yang mulai mengeras kembali.
"Ogh.. ogh.. ogh.. Van.. ogh.. ogh.. Jay.. kontolmu sangat panjang dan membuatku sangat.. puas Jay.. akh.. terus.. akh.." kata Lusi.
"Ulp.. ulp.. ulp.. ulp.. ulp.." jilatan Sari di kemaluanku yang mengeras.
"Okh.. Jay.. aku.. hampir.. ke.. ke.. luar.. Jay.. terus" desah istriku.
Kuremas dan kupelintir dengan keras puting susu dan buah dada istriku, dan kulihat Jay juga mengejang.
"Akh.. akh.. akh.. akh.. Lus.. aku juga keluar.. akh.. akh.." jerit Jay kuat, kemudian tubuhnya mengejang dan bergetar hebat.
"Ogh.. ogh.. ogh.. ogh.." istriku pun mengejang dan meremas sandaran sofa dengan kuat. Beberapa saat. Aku pun kembali merasakan kenikmatan mengalir di batang kemaluanku dan.. "Akh.. akh.. akh.. akh.." kemaluanku pun memuncratkan spermaku kembali, sebagian ke wajah Sari dan sebagian lagi meloncat hingga ke tubuh istriku dan aku pun kembali mengejang kenikmatan dan kulihat Sari terus menjilati kemaluanku yang besar tersebut dan membersihkannya dengan lidahnya.

Kemudian kami terbaring dan tertidur bersama di sofa tersebut hingga pagi harinya, dalam kondisi tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku, istriku, Jay dan Sari istrinya. Permainan ini kembali kami ulangi pagi harinya. Dan kembali kami ulangi bersama dalam beberapa hari hingga saatnya Jay dan Sari harus pulang ke Surabaya, ini semua adalah awal dari permainan seks bersama kami yang hingga kini seringkali kami lakukan kembali jika aku dan istriku ke Surabaya, ataupun mereka ke Jakarta. Bahkan kadang-kadang-kadang Sari sendiri ke Jakarta bermain seks bertiga denganku dan istriku, ataupun aku atau istriku yang ke Surabaya bermain seks bertiga atau bersama dengan salah satu dari Jay atau Sari. Bagi pembaca yang tertarik dan ingin melakukan permainan seks bersama kami silakan e-mail.

TAMAT

CERITA SERU - Complete Massage


Sinopsis: Sudah bukan rahasia lagi bahwa di panti pijat tradisional kita tidak hanya dipijat, tapi lebih dari itu. Untuk pijat plus plus, sebaiknya dipilih wanita yang berdada besar. Mengapa demikian? Mari simak alasannya.

Hallo pembaca! Aku bukan ingin menyaingi Mas Boedoet, Si Peliput Pijat yang telah malang melintang di dunia perpijatan itu. Dia memang "profesional", sedangkan Aku cuma peselingkuh amatiran yang ingin pelayanan seks selain di rumah. Aku juga bukan orang kaya seperti Mas Boed yang dengan mudah mengeluarkan ratusan dollar untuk pelayanan pijat komplet. Aku hanya punya lembaran "Sokarno Hatta", bukan George Washington! Tapi massage service yang Aku dapatkan tadi malam (fresh from the oven, you know) benar-benar memuaskan sehingga Aku perlu share kepada Anda. Tepatnya pelayanan "pijat plus plus" empat babak yang rada unik.

Awalnya, informasi minim yang kudapatkan dari seorang kawan yang tinggal di Jakarta tentang massage service (lebih tepat dibilang sex service, sebetulnya) di suatu tempat di Bandung (busyet, dia yang tinggal di Jakarta malah lebih tahu dariku, dasar aku masih hijau!)
"Namanya 'ANU Message', di jalan Otista, berseberangan dengan Pasar Baru, tarifnya seratusan sejam," katanya.
"Bagus engga cewenya?" tanyaku.
"Loe tahu kan selera gue? Pokoknya engga nyesel."

Dengan agak ragu (masa sih seratusan cewenya yahut?) akhirnya aku meluncur juga ke sana. Tak sulit menemukan tempat ini. Hanya jangan ke sana siang atau sore, macetnya minta ampun. Waktu yang ideal sekitar jam 7 malam, lalu lintas sudah lancar dan belum banyak pelanggan lain sehingga kita leluasa memilih "pemijat". Dari depan tempat ini memang tak menyolok, hanya pintu kaca yang terbuka sebelah. Dengan style yakin --sembari deg-degan-- aku langsung masuk, juga supaya tak sempat ada yang mengenaliku di pinggir jalan raya ini.

Di ruangan yang remang itu ada satu stel sofa yang diduduki 4-5 cewek yang berpakaian serba minim. Sejenak aku menyapu pandangan, setengah bingung. Tapi hanya beberapa detik. Salah satu dari mereka langsung bangkit dari duduknya begitu melihatku.
"Mau pijat Mas, Ayo..!"
Putih, berwajah mandarin, tingginya sedang, "massa depan" (double "s" lho, istilahku untuk buah dada) besar dengan belahan yang terbuka jelas, "massa belakang" yang menonjol ke belakang, rok supermini memamerkan sepasang paha putihnya yang juga.. besar. Hasil evaluasiku: cewek ini serba menonjol dan serba besar.
"Ayo Mas, lihat-lihat ke belakang," ajaknya lagi ketika aku masih terpaku.
Digandengnya tanganku, dibawa melalui pintu kaca lagi di belakang ruangan itu.

Kami melewati lorong lumayan panjang yang di kanan-kirinya terdapat pintu-pintu kamar terus ke belakang. Pantat besarnya megal-megol seirama langkah kakinya. Sampai di ujung lorong, dia berhenti di depan jendela kaca nako.
"Silakan pilih," katanya sambil menutup kaca nako itu.
Rupanya jendela ini tempat mengintip ke ruangan besar di baliknya. Kaca nako yang dilapisi "glass film" gelap memungkinkan Aku melihat bebas ke ruangan besar itu tanpa dilihat penghuninya.

Wow! Temanku tak berbohong. Di ruangan besar itu banyak berisi sofa dan di atasnya "tergeletak" belasan "ayam" yang sungguh membuatku menelan ludah beberapa kali. Kebanyakan mereka duduk-duduk sambil nonton TV. Ada yang lagi ngobrol, ada yang berdiri di depan cermin mematut dandanannya. Umumnya, model pakaian yang dikenakannya minim terbuka di dada dan paha. Bahkan cewek yang persis lurus pandanganku duduk acuh celana dalam putihnya "kemana-mana". Hanya beberapa saat di situ mataku sudah menebar ke seluruh ruangan. Hasilnya, bingung! Semuanya menggiurkan.

"Yang mana, Mas?" tanya pengawalku Si Serba Besar ini.
"Entar deh.."
"Si Anu pijitnya enak, Si Itu servicenya jago, Si Ini mainnya yahut.." katanya berpromosi.
Aku tak begitu mendengar ocehannya, lagi asyik meneliti satu persatu cewek-cewek itu buat menetapkan pilihan tubuh yang pas dengan idolaku. Pijit, service, main?
"Servicenya apa aja?" akhirnya aku nanya ke Si Besar, tapi mataku masih ke ruangan.
"Apa aja, terserah Mas aja. Di dalam nanti baru tahu," katanya sok berteka-teki.
Pakaian yang mereka kenakan, terbuka dada dan paha, membantuku untuk lebih cepat menentukan pilihan.

Akhirnya aku menetapkan 3 orang terbaik untuk di observasi lebih teliti. Yang bergaun coklat tua itu.. hmm.. Wajahnya cantik, kulit bersih, paha mulus. Sayangnya, buah dadanya tak begitu "menjanjikan". Bukannya kecil sih, masih punya belahan. Hanya Aku ingat pesan kawanku tadi.
"Pilih yang berdada besar," katanya.
"Kenapa?"
"Gak usah banyak tanya, cobain aja."
Untungnya, seleraku memang dada yang berisi. Yang bargaun hitam lebih seksi, body-nya menggitar, face-nya biasa-biasa aja. Dadanya? Hanya dia satu-satunya yang pake gaun menutupi dada tapi membuka kedua bahunya. Cukup menonjol bulat, tapi jangan-jangan itu hanya model bra-nya. Bagiku, indikasi dada montok adalah punya "belahan" atau tidak. Si gaun hitam ini belahannya tertutup.

Yang ketiga, bergaun crem berbunga kecil, agaknya yang paling ideal. Tubuh lumayan tinggi, pinggang ramping paha bersih panjang, dadanya.. wow! Dengan gaun model "kemben" (menutup separoh dada horisontal), buah dadanya seakan "tumpah". Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. Tapi aku tak segera menyebut nomornya untuk dipesan. Aku masih menebar pandangan lagi, jangan-jangan ada yang lebih bagus terlewat dari penelitianku.

"Sama saya aja Mas, nanti 'dibody' sebelum main, mau karaoke juga boleh," kata pengawalku tiba-tiba. Aku jadi tertarik sama omongannya.
"Dibody?"
"Iya, body massage."
Body massage, karaoke, dan "main". Ehemm..!
"Terus?"
"Pokoknya Mas ditanggung puas."
Iya puas, tapi "You aren't my type" kataku, dalam hati tentu saja. Kamu mustinya "menjalankan diet ketat" supaya pinggangmu berbentuk.
"Kalo mereka service-nya sama nggak?" tanyaku.
"Tergantung orangnya sih Mas."

Aku sejenak ragu. Sama dia macam pelayanannya sudah jelas, tapi tubuhnya tak masuk seleraku. Pilih Si "Dada tumpah" pas dengan selera, tapi bentuk pelayanannya belum jelas. Aku kembali menebar pandangan. Rasanya aku tak menemukan "calon" lain sebaik Si Dada montok. Tapi aku mendapatkan informasi lain. Di pojok agak atas tertempel karton di dinding dengan tulisan: "Mulai 1 Juli Rp. 150.000 sejam".
"Pilih yang di dalam juga silakan, gak pa-pa," katanya, kudengar ada sedikit nada kecewanya.
"Kok gak ada tamu lain, sih?" tanyaku sekedar menetralkan.
"Baru jam 7 masih sepi, entar malem rame," jelasnya.

Tak ada pesaing begini memberiku keleluasaan untuk berpikir sebelum memutuskan. Anda jangan coba menimbang-nimbang begini kalau lagi ramai, bisa-bisa pilihan Anda disambar tamu lain.Akhirnya keputusanku bulat, pilih Si Kemben. Keputusan yang agak spekulatif sebenarnya. Tak apalah, ini kan kedatangan pertama, hitung-hitung "belajar". Kusebutkan nomornya pada si Besar ini.

"Yeen, tamu," teriaknya.
Si Rambut panjang bangkit dan menuju pintu. Ehem, aku tak salah pilih. Secara keseluruhan bentuk badannya oke. Cara jalannya mirip peragawati di catwalk, sehingga sepasang buahnya berguncang berirama.
"Yeni," katanya begitu dia muncul di pintu menyodorkan tangan.
Aku tambah yakin, dadanya benar-benar "menjanjikan". Yeni membimbingku menuju lorong. Tanganku langsung merangkul bahunya, bak sepasang pengantin yang menuju kamar bulan madu.

Begitu Yeni menutup pintu kamar dan menguncinya, Aku menyerbu memeluknya. Mulutku langsung menuju belahan buah dadanya. Menciumi dan menggigit pelan.
"Eh.. bentar dong Mas," elaknya ramah.
Aku tak peduli. Kupelorotkan kemben dan branya, bulatan buah dada kanannya langsung muncul. Bulat indah, tak ada tanda-tanda turun walaupun sudah tentu sering dijamah orang. Kuteruskan ciumanku di dadanya, sampai kemudian aku "menyusu".
"Mas ini gak sabaran ya?"
Tak ada nada marah, masih ramah. Pelukan kuperkuat, tangan kiriku turun meremas pantatnya.

"Sabar ya Mas.." katanya melepas pelukan. Aku melepas tubuhnya.
"Pijit dulu aja," sambungnya.
"Udah itu?"
"Mas maunya apa?" tantangnya.
"Maunya service yang memuaskan."
"Yang memuaskan yang gimana?"
"Body massage, karaoke, dan main," serangku, meniru servis Si Besar tadi.
"Boleh. Buka baju dulu dong," perintahnya.
"Bukain," Aku balik memerintah.
"Hi.. manja," tapi tangannya bergerak membuka kancing kemejaku, lalu singletku, kemudian ikat pinggangku.
"Ih, udah keras," katanya menggenggam penisku dari luar sebelum memelorotkan celanaku. Yeni berhenti ketika tinggal celana dalamku saja.

"Buka semua dong..!" pintaku.
"Nggak ah, takut. Hi hi.. Udah, Mas tiduran deh, entar Yeni pijat dulu."
Aku merebahkan tubuhku ke kasur, telentang. Tanpa malu-malu Yeni melepas gaun dan kemudian bra-nya. Buah dadanya memang bulat dan besar. Mungkin terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang tinggi dan langsing. Aku mengamati dadanya sambil tegang. Buah dada kanannya nyaris sempurna, bulat, besar, dengan puting coklat yang kecil. Tapi tak simetris, buah kirinya agak turun, tak bulat benar. Lalu menyambar handuk dan ke kamar mandi.
"Yeni mandi dulu ya Mas..!"
"Ya, cepet ya..!"

Keluar dari kamar mandi Yeni berbalut handuk. Yeni membuang handuknya, hanya bercelana dalam.
"Telungkup dong Mas..!"
Aku membalikkan tubuhku. Yeni menduduki pantatku. Penisku yang tegang terjepit, mengulas minyak ke punggungku, lalu mulai mengurut. Cara mengurutnya kurang menekan, tidak seenak pemijat profesional tentu saja.
"Kamu dari mana Yen?"
"Cirebon, Mas."
Selesai di pinggang dan punggungku, Yeni lalu melepas celana dalamku sambil bilang maaf. Sopan sekali. Aku berbalik. Pandangan Yeni sekilas mengarah ke penisku yang mengacung tegang.
"Hi hi.. udah tegang."
"Kamu lepas juga dong..!"
"Okey," dengan tenang Yeni melepas satu-satunya kain penutup tubuhnya itu. Bulu kemaluan lebatnya menutupi seluruh permukaan kewanitaannya.
"Balik lagi, dong..!"

Pantatku dipijat, lalu pahaku. Diurut dari belakang lutut ke atas. Sampai di pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak, jempol tangannya menyentuh-nyentuh bijiku.
"Punggungnya lagi dong Yen..!"
Yeni menduduki pantatku lagi, bulu-bulu kelaminnya terasa sekali mengelusi pantatku. Memang inilah maksudku dengan meminta pijat di punggung.
"Katanya body massage.." tagihku.
"Entar dong Mas."

"Dah, sekarang telentang."
Yeni menumpahkan minyak ke dada, perut, dan penisku. Lalu.. hup! Dia "berselancar" di atas tubuhku. "Sreeng". Aku bergidik, gemetar karena nikmat. Kedua buah dadanya diusap-usapkan (dengan tekanan) ke dadaku. Lalu turun ke perutku. Ini sih bukan body massage, tepatnya "breast massage". Buah dadanya yang mengkilat berlumuran minyak sering menggelincir di tubuhku. Tiga kali berurutan dada dan perutku "dipijat" buah dadanya, lalu.. inilah yang membuatku berdesir kencang. Yeni menumpahkan minyak di telapak tangannya lalu mengoleskan di kedua buah dadanya. Buah itu makin mengkilat, dan putingnya tegang! Lalu, bergantian kiri kanan, buah dadanya memijati kelaminku, mak! Tak itu saja. Diletakkannya batang penisku di belahan dadanya, lalu di"uyek". Yeni menggoyang tubuh atasnya bak penari salsa.

Inilah sebabnya mengapa kawanku menyarankan agar aku memilih yang berdada besar. Sepasang daging kenyal memijati penisku, rasanya bagai terbang. Terbayang kan, kalau dada model "papan setrikaan", bukannya nikmat malah pegel. Aku harus sekuat tenaga manahan diri untuk tidak ejakulasi. Apalagi nampaknya Yeni mengkonsentrasikan tekanan dadanya ke penisku. Untung saja baru kemarin aku "keluar". Kalau tidak, mungkin aku sudah menyiram maniku ke dada Yeni. Kadang aku menghentikan gerakan liarnya, sekedar mengambil nafas panjang. Lalu memerintahkan menggoyang lagi ketika aku sejenak "turun tensi".

"Mau keluar ya?" komentarnya.
Yeni menuruti komandoku. Oohh.. cukuplah stimulasi ini, supaya aku bisa menikmati "service" Yeni lainnya. Aku berhasil menahan diri. Yeni bangkit.
"Yuk, cuci dulu Mas," Yeni menghilangkan minyak di dada, perut dan penisku dengan sabun. Lalu dia membersihkan tubuhnya sendiri. Ini memberiku kesempatan untuk mengerem nafsuku yang tadi hampir meledak. Aku menurut saja ketika Yeni megelap tubuhku dengan handuk, lalu merebahkan tubuhku telentang. Mulailah servis ketiga.

Diciuminya perutku, terus turun ke pahaku, kanan dan kiri sampai ke dengkul. Naik lagi menciumi kedua bijiku, bahkan mengemotnya, satu persatu bergiliran bijiku masuk ke mulutnya. Giliran lidahnya menjilati batang penisku, dari pangkal ke ujung. Di sini dia memasukkan "kepala" penisku ke mulutnya. Hanya sebentar, dilepas lagi dan mulai menjilati dari pangkalnya lagi. Begitulah berulang-ulang sampai akhirnya dia melakukan blow job seperti adegan oral sex di film biru. Kembali Aku harus "berjuang" untuk tidak meledak. Lagi-lagi aku harus menyetopnya ketika kurasakan aku hampir muncrat.

Bagian keempat dimulai.
"Pake kondom ya Mas..!"
Maksudku juga begitu. Aku tak mau ambil resiko bermain seks dengan perempuan sewaan begini tanpa pengaman.
"Tolong ambilin di saku celanaku..!"
"Saya bawa kok Mas."
Dengan terampil dia memasangkan kondom di penisku. Berpengalaman dia rupanya.
"Mas termasuk kuat, lho..!"
Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional.
"Ah, bisa aja kamu."
"Bener lho, biasanya baru dibody aja udah keluar."

Aku mencegah Yeni yang mulai menaiki tubuhku. Aku kurang suka dengan posisi di bawah. Membatasi gerakanku. Yeni telentang dan membuka kakinya lebar-lebar. Sambil mengulumi putingnya, aku masuk. Belum sempat aku menggoyang, Yeni duluan memutar pantatnya. Yah, posisi "missionarist" tak perlu diceritakan prosesnya kan? Anda sudah tahu. Kecuali, beberapa kali aku terpaksa menyuruh Yeni diam, agar aku dapat memompa sambil merasakan sensasi gesekan penisku pada dinding-dinding vagina Yeni. Oh ya, ada lagi yang perlu kuceritakan. Ketika aku mengambil "pause" dari gerakan memompa, dengan trampilnya Yeni memainkan bagian dalam vaginanya berdenyut-denyut teratur menyedoti penisku. Rasanya Bung! Susah digambarkan. Semacam "kompensasi" dari lubangnya yang tak begitu erat menggenggam penisku. Maklum, sering "dipakai". Bahkan sampai aku "selesai" dan rebah lemas menindih tubuhnya, Yeni masih memainkan denyutan vaginanya! Aku tak menyesali keputusanku untuk memilih Yeni dibanding Si Serba Menonjol tadi.

"Semua cewek di sana tadi service-nya memang begini ya?" tanyaku membuka kebisuan.
Aku masih menindih tubuhnya, penisku masih di dalam.
"Engga tahu dong, Mas. Cobain aja," ada nada kurang senang yang tersirat.
"Bukan begitu, cuman pengin tahu aja."
"Eh, bener kok Mas, Saya engga ada apa-apa. Tamu kan berhak memilih."
"Mas sering ngeseks ya," kata Yeni ketika dia melepas kondom dan "memeriksa" isinya.
"Keluarnya dikit," sambungnya. Tahu aja lagi dia.
"Jangan kapok ya, Mas..!"
"Engga dong," Serangkaian servis yang disuguhkan Yeni memang memuaskanku.
"Sering-sering ke sini ya..!" Lagi-lagi ucapan basa-basi yang standar.
"Iya dong, kalau ada kesempatan lagi saya ke sini dan pilih kamu lagi."
"Ah engga usah basa-basi, pasti Mas pengin coba yang lain kan..?" Lagi-lagi, tahu aja lagi dia.

Tamat

CERITA NGENTOT - Adik Sepupu Istriku


Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun, namanya Eva, ya.. Eva, cantik sekali namanya secantik orangnya. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang lucu.

Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Eva datang ke rumahku dan memintaku untuk membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan istriku jadi repot dibuatnya karena harus mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari kost. Selama membantu dia, aku mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan membuatku bertanya-tanya dalam hati.

Selama aku membantunya mencarikan PTS di kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku dengan pandangan yang nakal, kemudian terseyum sambil memandang kejauhan. Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai dia berlalu. Aku terkejut bukan karena cara pandangannya kepadaku, tapi dia sendiri itu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku kemudian berandai-andai, jika waktu berpihak kepadaku, jika keberuntungan mendukung, jika kesempatan mau sedikit saja berbaik hati. Mungkin juga aku yang terlalu berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak setuju untuk menyebutnya begitu.

Sesungguhnya kita sering diganggu oleh ketidakpastian yang menghantui kotak pikiran, namun setelah kenyataan dihadapan mataku, maka baru sadar. Aku takut tidak dapat mengendalikan diriku lagi. Pada suatu hari dia datang ke rumahku, karena ada hari libur besoknya, dia mau menginap di rumahku. Hatiku jadi gelisah, aku ingin melakukan sesuatu, mengalirkan magma yang meledak-ledak dalam diriku. Tapi batin dan nuraniku melarangnya, tidak sepantasnya itu terjadi padaku dan sepupuku.

"Kak, tolong aku dong!" Pandangannya menusuk, menembus dadaku hingga jantungku, serasa ingin meloncat.
"Jika Kakak tak keberatan, Eva minta diajarin naik motor bebek", matanya mengerling ke arahku serasa terseyum manis.

Belum pernah aku menerima tawaran seperti ini dari wanita. Kau telah menyentuh sisi paling rawan dalam hatiku. Aku mengangguk sambil tetap mencengkram wajahnya dengan tatapanku, sayang untuk dilepaskan. Wajahnya lembut, tenang dan dewasa, kalau saja tubuhnya setinggi minimal 175 cm, pastilah sudah menjadi bintang film sejak lama. Rambutnya sebahu, kulitnya kuning langsat, Pokoknya mantap!

"Mengapa memilih Kakak? Mengapa tidak kepada pacarmu atau temanmu yang lain?" tanyaku.
"Saya telah memilih Kakak", katanya manja. Aku mulai menggodanya..
"Memilih Kakak?" Dia mengangguk lugu, tetapi semakin mempesona.
"Kalau begitu, jangan protes apa-apa, kamu Kakak terima menjadi murid, sederhana bukan?" kataku.
"Kakak akan menyesal jika melewatkan kesempatan ini, sebab Kakak ingin tercatat dalam hati sanubari Eva yang paling dalam sebagai orang paling berjasa menumbuhkan dan menyemaikan bakat naik motor kepada Eva gadis yang manis, kandidat peraih Putri Indonesia." Tawanya meledak, matanya menyepit, bibirnya memerah. Pipinya juga, duhh..!
"Kapan Kak belajarnya?" tanya dia.
"Sekarang", jawabku.

Kemudian kami pamit kepada istriku, dan aku mengeluarkan motor bebek, kuhidupkan mesinnya. Aku duduk di depan dan dia di belakangku, aku mencari daerah yang sepi lalu lintasnya. Setelah sampai di daerah yang lalu lintasnya kurasa sepi, aku menghentikan dan turun dari motor. Kemudian aku memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan dan mempersilakan dia untuk duduk di depan dan aku di belakangnya. Beberapa menit kemudian motor mulai jalan pelan dan bergoyang-goyang hingga mau jatuh. Terpaksa aku membantu memegang stang motor, aku tidak sempat memperhatikan lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya.. Akh..!

Setelah aku membantu memegang stang, motor dapat berjalan dengan stabil, aku mulai dapat membagi konsentrasi. Aku merasakan kehangatan tangannya, telapak tanganku menumpuk pada telapak tangannya. Kuusap tangannya, dia nggak bereaksi, mungkin karena lagi konsentrasi dengan jalan. Kemudian aku merapatkan dudukku ke depan sehingga kemaluanku merapat pada punggung bagian bawah. Hidungku kudekatkan ke belakang telinganya, tercium bau wangi pada rambutnya. Aku mulai terangsang, kemaluanku mulai tegak di balik celana dalam yang kupakai.

Karena dia sudah mulai dapat menguasai motor, sementara aku masih dapat mengontrol diriku dengan baik, kutawarkan untuk latihan sendiri dan aku menunggu di warung saja. Tapi dia nggak mau, dia ingin aku tetap duduk di belakangnya. Aku jadi khawatir sendiri, kalau begini terus akan berbahaya, imanku kuat tapi barangku nggak mau diajak kompromi.

Akhirnya timbul dalam pikiranku untuk sekedar berbuat iseng saja. Kemudian aku pura-pura menjelaskan soal lalu lintas, aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel di bawah punggungnya. Eva pasti juga dapat merasakan kemaluanku yang tegak. Tapi dia cuma diam saja, kubisikan di telinganya..

"Eva, kamu cantik sekali!" kataku dengan suara bergetar.

Tetapi dia tetap tidak bereaksi, kemudian aku meletakkan kedua tanganku di kedua pahanya. Rupanya dia tetap tidak bereaksi, aku jadi semakin berani mengusap-usap pahanya yang terbuka, karena dia memakai celana pendek.

"Akh.. Kakak nakal! Entar dimarahi Kak Lina lho, kalau ketahuan!", katanya manja.
"Kalau Eva nggak cerita, ya.. Nggak ada yang tahu! Emang Eva mau cerita sama Kak Lina?" tanyaku.
"Ya.. Nggak sih", katanya.
"Kalau gitu kamu baik dech", kataku.

Karena mendapat lampu hijau aku semakin berani, kukatakan bahwa payudaranya sangat bagus bentuknya, lebih bagus dari punya kakaknya, Lina. Dia tampak senang.

"Kakak ingin sekali menyentuhnya, boleh nggak?" kataku meluncur dengan begitu saja.
"Akh.. Kakak nakal", katanya manja.

Aku semakin nekat saja, sebab dari jawabannya aku yakin dia nggak keberatan. Kemudian tanganku pelan-pelan mulai menyentuhnya dan kemudian memegang penuh dengan telapak tanganku. Wah, rasanya keras sekali, kucoba meremasnya dan dia sedikit terkejut. Aku tidak dapat memegang lama-lama sebab harus membagi konsentrasi dengan jalan. Yang jelas kemaluanku semakin berdenyut-denyut.

Aku tersentak waktu dia mengerem motor dengan mendadak untuk menghindari lubang. Tubuhku menekan tubuhnya hingga membuat kesadaranku pulih, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya pulang. Aku sempat melihat kekecewaan di matanya. Tapi mau bagaimana lagi itu jalan terbaik, agar aku tidak sampai terjebak pada posisi yang sulit nantinya.

Besok paginya, waktu aku mau berangkat bekerja, istriku memintaku untuk mengantarkan Eva dulu ke tempat kostnya. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Nggak lama kemudian Eva mendekati kami.

"Kak, antarin Eva dulu dong? Eva ada kuliah pagi nich! Teman Eva nggak jadi menjemput", katanya.
"Ayo!" ajakku sambil masuk ke dalam mobil.
"Eva mau mandi dulu ya Kak!" katanya.
"Nggak usah, nanti keburu macet di jalan, mandinya nanti aja di kost.", jawabku.

Di dalam hatiku aku sudah berjanji bahwa aku harus dapat mengendalikan diri. Sehingga selama dalam perjalanan aku banyak diam. Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan..

"Kak, kok diam aja sih? Marah ya? Anterin Eva pulang!" kata Eva.
"Kakak cuma lagi kurang enak badan saja", jawabku sekenanya.

Setelah sampai di depan rumah kostnya, dia minta aku untuk ikut masuk, mengambil mainan yang telah dibelikannya untuk anakku. Mulanya aku menolaknya, tapi karena dia mau buru-buru berangkat kuliah dan juga belum mandi, sedangkan kamarnya di lantai 3. Aku jadi kasihan kalau dia harus naik turun tangga hanya untuk mengambilkan mainan saja. Akhirnya aku mengikutinya dari belakang, aku sempat heran dan tanya kepada dia..

"Kok sepi sekali?"

Ternyata kata Eva semua sudah pada berangkat kuliah. Kemudian aku disuruh menunggu di kamarnya, sementara dia mandi. Setelah selesai mandi dia masuk ke kamar, wajahnya kelihatan segar.

"Lho kok nggak ganti pakaian?" tanyaku.
"Iya, tadi temanku kasih tahu kalau dosennya nggak masuk, jadi Eva nggak perlu buru-buru lagi." katanya. Sementara aku duduk di tempat tidurnya, dia mengambilkan mainan yang akan diberikan pada anakku.
"Ini Kak", katanya sambil duduk di sampingku.
"Wah bagus sekali. Terima kasih ya!" kataku.

Sewaktu aku mau berpamitan keluar, pandangan mataku beradu dengannya, hati ini kembali berdebar-debar, pandangan matanya benar-benar meluluh-lantakan hatiku dan menghancurkan imanku. Aku tidak jadi berdiri, kupegang tangannya. Kuusap dengan penuh perasaan, dia diam saja, kemudian kupegang pundaknya, kubelai rambutnya..

"Eva kamu cantik sekali", kataku dengan suara bergetar, tapi Eva diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi semakin berani, kucium di bagian belakang telinganya dengan lembut, rupanya dia mulai terangsang. Dengan pelan-pelan badan Eva aku bimbing, kuangkat agar berada dalam pangkuanku.

Sementara kemaluanku semakin menegang, usapan tanganku semakin turun ke arah payudaranya. Aku merasa nafas Eva sudah memburu seperti nafasku juga. Aku semakin nekat, tanganku kumasukan ke dalam kaosnya dari bawah. Pelan-pelan merayap naik ke atas mendekati panyudaranya, dan ketika tanganku sudah sampai ke pinggiran payudaranya yang masih tertutup dengan BH-nya, kuusap bagian bawahnya dengan penuh perasaan, dia menggelinjang dan menoleh ke arahku dengan mulut sedikit terbuka.

Aku jadi tidak tahan lagi, kutundukan muka kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan sangat hangat, kenyal dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan perasaan sayang dan Eva membalas ciumanku, pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajahi ke dalam mulutnya dan mengkait-kaitkan lidahnya, membuat nafas Eva semakin memburu.

Tanganku pun tidak tinggal diam, kusingkapkan BH-nya ke atas, sehingga aku dapat dengan leluasa memegang payudaranya. Aku belum melihat tapi aku sudah dapat membayangkan bentuknya, ukurannya tidak terlalu besar dan terlalu kecil, sehingga kalau dipegang rasanya pas dengan telapak tanganku. Payudaranya bulat dengan punting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kuusap dan kuremas, Eva mulai merintih.

Kemudian Eva kurebahkan di kasur, kulepas kaosnya dan BH-nya sehingga tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Dua buah gundukan yang berdiri tegak menantang, kupandangi badannya yang setengah telanjang. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya, dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Eva merintih lebih keras. Nafsuku semakin naik, kuciumi susunya dengan tidak sabar. Putingnya kukulum dengan lidahku, kuputar-putar di sekitar putingnya dan susunya yang sebelah kuremas dengan tanganku.

"Aduuhh.. Ahh.. Ah", Eva semakin mengerang-erang dan dengan gemas putingnya kugigit-gigit sedikit.

Badannya menggelinjang membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Sekarang tanganku mulai beroperasi di daerah bawah, kubuka celana pendeknya hingga sekarang hanya mengenakan celana dalam saja, rupanya celana dalamnya sudah basah. Akhirnya kulepas sekalian, sehingga tampak vaginanya yang masih kencang dan ditumbuhi rambut yang tidak banyak, membuat kemaluanku semakin tegang.

Kubersihkan vaginanya dengan bekas celana dalamnya. Kemudian kupandangi dan kuusap-usap dengan penuh perasaan, Eva tampak sangat menikmati sekali, dan saat jariku menyentuh klitorisnya, Eva menggelinjang dengan keras. Sementara klitorisnya masih kuusap-usap dengan jariku, Eva semakin menggeliat-liat. Pada saat itu aku ingin sekali mencium vaginanya, karena sudah terangsang sekali. Saat aku mau menunduk untuk mencium, kuangkat tanganku tapi pada saat itu dia langsung merapatkan kedua pahanya dan badannya tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.

"Aahhkk.. Oohh.. Kak, aahh!"

Akhirnya Eva diam beberapa saat, kudiamkan saja, sebab dia baru saja merasakan orgasme. Tubuhnya terkulai lemas, aku jadi kasihan sehingga senjataku juga ikut-ikutan turun. Dengan penuh rasa kasih sayang aku menghampirinya, duduk di pembaringan sejajar dengan buah dadanya dan menghadap ke arah wajahnya. Tubuhnya kututupi dengan selimut. Kubelai rambutnya dan kucium keningnya, rupanya dia terharu dengan perilakuku. Baru saja aku mau berdiri, tanganku diraihnya, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu tangannya sudah ada di atas pahaku.

"Kak, baru kali ini Eva merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmatnya, sebab yang namanya disentuh oleh laki-laki Eva belum pernah, apalagi pacaran. Jadi Kakak adalah orang yang pertama yang menyentuh Eva, tapi Eva senang kok Kak. Tadi Eva merasakan nikmatnya sampai tiga kali Kak, Eva sangat puas Kak!"

Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3 kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia langsung KO. Mungkin karena dia tidak pernah dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif sekali.

"Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah puas?" tanyanya.
"Eva nggak usah pikirin Kakak, yang penting kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang bercumbu yang seharusnya belum boleh kamu rasakan. Sekarang Kakak mau berangkat bekerja dulu, oke!" kataku.
"Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa merasakan nikmat", katanya dengan lugu. Tangannya yang masih ada di atas pahaku tahu-tahu sudah melepas sabukku dan membuka celanaku.
"Biar Eva juga mau pegang punya Kakak seperti tadi Kakak pegang punya Eva, tadi waktu Kakak pegang memek Eva dan mengusap-usap, Eva mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau punya Kakak Eva pegang dan diusap-usap pasti Kakak juga merasa nikmat", katanya sok tahu.

Sekarang celana dalamku sudah kelihatan dan Eva mulai memegang dan meremasnya dari luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan takjub, "Wuah besar sekali." Kalau sudah begini aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku menurunkan celana dalamku agar dia dapat leluasa memainkannya. Kemaluanku yang sudah sangat tegak digenggamnya dengan telapak tangannya dan diremasnya.

"Akh.. Eva, enaakk", dia tambah bersemangat. Jari-jarinya mengusap-usap kepala kemaluanku.
"Eva, teruskan sayang.." kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa kemaluanku sudah keras sekali. Eva meremas dan mengurut kemaluanku semakin cepat.
"Eva!" seruku.
"Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Eva mau menciumnya!"

Kemudian kupindahkan kepalanya di pahaku dan susunya menempel dipunggungku, aku ajari dia, mulanya kusuruh cium batang kemaluanku kemudian kusuruh jilati dengan lidahnya. Aku merasakan sesuatu yang lain yang tidak kualami jika dengan istriku, mungkin karena Eva masih gadis, lugu dan tubuhnya belum pernah dijamah sedikitpun oleh laki-laki.

Rupanya Eva juga menikmati dan mulai terangsang. Karena posisi kami kurang bebas, aku membimbing Eva bangun dari pembaring dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk di pembaring, sehingga mukanya tepat di depan selangkanganku. Kini dengan leluasa dia dapat melihat kemaluanku yang semakin keras. Kemaluanku terus dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak.

Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke arah kemaluanku dan bibirnya mengecup kepala kemaluanku, tangannya memegang pangkal kemaluanku. Mulutnya mulai ditempelkan pada kepala kemaluanku dan lidahnya kusuruh menjilati ujungnya. Dan aku mulai menyuruhnya untuk dikulum di dalam mulutnya, mulutnya mulai dibuka agak lebar dan kemaluanku bagian ujungnya mulai dikulum, aku semakin keenakan.

"Eva.. ennaak! Terus sayang, masukan terus lebih dalam lagi, nah.. Begitu sayang."

Rambutnya kuusap-usap dan kepalanya pelan-pelan kutarik kemudian kudorong lagi ke arah kemaluanku. Rupanya dia tahu maksudku, kemudian dia maju mundurkan kemaluanku di dalam mulutnya. Aku merasa sudah nggak tahan, apalagi sewaktu Eva melakukannya semakin cepat. Ketika aku merasa spermaku mau keluar, pelan-pelan kutahan gerakan kepalanya, maksudku mau menarik kemaluanku keluar dari mulutnya. Tetapi dia malah melawan gerakanku, dengan memegang pangkal kemaluanku lebih kuat dan mempercepat gerakannya. Akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama lagi..

"Aahh, aahh, aahh..!"

Spermaku keluar di dalam mulutnya dengan rasa nikmat luar biasa dan badanku sampai tersentak-sentak. Kemudian kemaluanku kutarik dari mulutnya. Aku melihat di mulutnya belepotan dengan spermaku, kuangkat dia dan kududukkan di pahaku, tanganku yang sebelah kiri menopang kepalanya, sedangkan tanganku yang kanan membersihkan mulutnya.

"Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan kenikmatan yang luar biasa", kataku berbisik.
"Eva.. Juga Kak, sekarang Eva merasakan tulang-tulang Eva seperti lepas!" Kemudian kuangkat tubuhnya yang masih telanjang, kurebahkan di pembaringan. Aku sendiri merapikan pakaian dan langsung pamit pulang.

Setelah kejadian tersebut aku sangat merasa menyesal, tapi lagi-lagi sudah terlambat, tapi hatiku mengatakan tidak ada yang terlambat, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Aku kembali berjanji dalam hatiku cukup sampai di sini.


TAMAT

Senin, Desember 29, 2008

CERITA SEX 5 Wanita Haus Sex

Pada hari minggu, aku jalan-jalan ke pusat pertokoan di Jln. Sumatera. Rencananya sih, aku mau membeli keperluan sehari-hari, kebetulan saat itu aku ada sedikit uang. Sesampainya di pertokoan, tatkala aku sedang melihat-lihat makanan ringan, tiba-tiba aku ditabrak oleh seorang wanita cantik yang usianya kira-kira 35 tahun, sehingga barang-barang yang berada di tanganku jatuh semua, lalu si wanita itu minta maaf kepadaku. Aku hanya tersenyum karena menurutku nggak masalah karena yang menabrakku adalah wanita cantik dan seksi. Lalu aku jongkok untuk mengambil barang-barangku yang jatuh tadi tapi si wanita itu jongkok juga sehingga kepala kami saling berbenturan tanpa disengaja. Sekarang giliranku yang minta maaf tapi wanita tersebut hanya tersenyum saja.

"Sendirian Bu?" tanyaku.
Si ibu menjawab, "Sebenarnya berdua, tapi teman saya lagi ke toilet dulu."
"Borong nih?" tanyaku lagi.
Dengan tersenyum si wanita tadi menjawab, "Ahh, nggak juga."
Kemudian si wanita tadi bertanya lagi, "Di mana Adik tinggal?"
"Setiabudi", jawabku dengan singkat tapi pandanganku terarah pada wajah wanita tadi.
"Oh kebetulan kita sama-sama satu arah, saya juga tinggal di Lembang, bagaimana kalau kita sama-sama pulangnya nanti?" tanya wanita tersebut.
Saya diam saja namun dalam hati ada juga rasa senang diajak oleh wanita cantik. Tanpa diduga wanita itu membawa barang-barangku ke kasir sekalian dengan miliknya untuk dibayar. Di situ saya bertemu dengan temannya yang ke toilet tadi, yang ternyata bernama Ririn, usianya sekitar 5 tahun lebih muda dari si ibu tadi. "Sudah Jeng?", tanya Ririn ke pada ibu tadi. "Oh, sudah hanya sedikit kok." Lalu kami pergi ke basement untuk pulang.

Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan pulang, ngobrol di mobil dari kenalan sampai dengan masalah yang sangat pribadi. Ternyata si ibu tersebut bernama Lela, mereka dari kalangan Borju yang suaminya bekerja sebagai pengusaha yang jarang pulang ke rumah. Hari itu kurasakan sangat indah di dalam mobil mewah bersama dua orang wanita cantik, apalagi Ririn yang memakai rok mini dan baju transparan, sehingga BH dan pahanya jelas terlihat. Lela sambil menyetir terus berusaha menggodaku. Tanya pacar segala. Tak terasa aku hampir sampai di Setiabudi tapi Ririn yang berada di sampingku mencegah.
"Jangan Dik, lebih baik main dulu ke villa kami di Lembang", ajaknya, "Ntar pulangnya diantar lagi."
Lela pun ikut nimbrung, "Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami butuh teman untuk ngobrol."

Ririn yang mengenakan rok mini selalu bikin aku ngiler apalagi dia sengaja menaikkan rok mininya sehingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas. Aroma wewangian yang dipakai oleh Ririn semakin menambah indahnya suasana. "Dik, ngantuk nggak?" tanya Ririn. Terus dia mengalihkan pertanyaannya. "Kalau ngantuk tidur aja di sini", sambil membuka lebar pahanya sehingga terlihat jelas bagian yang sangat disukai oleh pria. Belum lagi aku menjawab dia sudah menarik kepalaku ke pahanya. Aku tak kuasa menolaknya lagi pula aku senang, untung kaca mobilnya gelap sehingga hanya Lela dan aku yang mengetahui apa yang diperbuat oleh Ririn kepadaku. "Dik kok kamu diam saja?". Aku pura-pura bego padahal aku sudah mengerti, "What the hell she wanted."

Kemudian dia menyuruhku untuk mengerjai bagian vitalnya, dan kuturuti saja kemauannya. Dia kini duduknya sudah tidak karuan seperti orang ambeyen saja. Tiada keraguan lagi di dalam benakku untuk mengerjainya. Pertama-tama kuraih kedua payudaranya yang sebesar buah mangga, lalu kuremas dengan mesra dan dilanjutkan dengan meraba pahanya yang mulus sehingga dia terengah-engah. Tidak puas dengan meraba, maka kulanjutkan dengan menjilat bagian pahanya. Jilatanku semakin panjang saja mulai dari lutut sampai ke paha lalu ke arah "bukit surganya" yang masih terbungkus celana dalamnya. Tanpa perintah, langsung kulepaskan celana dalamnya dan kini terlihat bukit kemaluannya yang berwarna merah muda yang dikelilingi oleh rambut yang tidak begitu lebat. Kerongkonganku tiba-tiba kering tatkala melihat pemandangan yang begitu indah. Ririn merebahkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar di atas jok. Tanpa buang waktu lagi kulanjutkan permainan setan ini. Kujilati, kuciumi sambil kumasukkan telunjukku ke lubang senggamanya. Ririn menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan sambil menjambak rambutku dan mendesakkan wajahku ke arah alat vitalnya. Lela hanya melihat perbuatan kami berdua sambil bersiul menirukan suara musik dari tape mobil seakan tidak mempedulikanku yang bercumbu dengan Ririn, ntar juga dia kebagian.

Sambil terus menjilat, mencium, menyedot sambil kumasukkan jariku. Ririn pun seperti orang kesurupan, menggeliat ke sana sini. Oh, indah sekali hari ini. Sekarang kugunakan telunjukku untuk mengutak-atik onderdil yang ada di dalam liang senggamanya dan ibu jariku kutekan-tekan ke klitorisnya. Lalu jilatan-jilatan kuarahkan ke sekitar belahan-belahan memeknya. Cara ini semakin membuat dia tersiksa kegelian tapi membawa kenikmatan yang luar biasa. Rasa bau amis, mual dan asin bersatu dalam kenikmatan. Aku memainkan dan menjilati liang senggama Ririn yang indah itu.

Hampir 20 menit aku bermain di daerah kemaluan Ririn. "Udah dulu Dik, Aku sudah tidak kuat.." Kemudian Ririn bangkit dan memintaku supaya mengeluarkan batang kejantananku. Dengan susah payah kukeluarkan milikku dan akhirnya keluar. Kemaluanku yang sudah ereksi sejak pertama naik mobil dipegang dengan mesra oleh Ririn, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya, sambil menjilati. "Oh, nikmat benget Mbak.. terus Mbak.. oughh.." itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Ririn yang sedang kesetanan terus-menerus memainkan senjataku yang berkepala botak itu. Lendir yang keluar dari lubang pipisku pun terus dia jilati. Enak sekail, tapi kalau aku konsentrasi ke sini terus lama-kelamaan aku bisa keluar, maka kualihkan perhatianku pada persoalan yang lain.

Hampir 20 menit Ririn bermain dengan kemaluanku dan tak terasa kami sudah sampai di villa milik Lela yang mewah. Ririn merapikan rok dan rambutnya yang acak-acakan tapi celana dalamnya di masukkan ke dalam tas. Gerbang terbuka secara otomatis lalu mobil masuk ke garasi, kami pun keluar dari mobil dan masuk ke villanya. Ririn terus saja memelukku dari belakang sambil menjilati leherku, kemudian Ririn membawaku ke kamar Lela yang luas. Di dalam kamar tersebut, Ririn langsung membuka seluruh pakaiannya. Begitu pula aku membuka seluruh pakaianku. Ririn pun kini merebahkan tubuhnya yang telah polos tanpa selembar benang pun di atas kasur yang empuk lalu dia menginginkan agar posisiku di atas tubuhnya, dimana dia akan mengerjai alat vitalku begitu juga sebaliknya. Kemudian kami pun beraksi. Yess, nikmat.. enak.. oughh.." itulah kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua diserta desisan.

Tak lama kemudian Lela pun masuk sambil membawa segelas air susu, segelas kuning telur bebek yang entah berapa jumlahnya dan dua botol kratingdaeng. "Minum dulu Dik", kata Lela, "Lalu kita lanjutkan." Kemudian aku mengambil segelas air susu, setelah itu gelas yang berisi kuning telur bebek setelah habis baru satu botol kratingdaeng. Walaupun perut ini sudah penuh tapi demi lancarnya daya dobrakku, ya kupaksakan karena ini untuk kepuasan kita bertiga. Kemudian Lela memujiku, "Wah, kamu mirip dengan aktor film x kesukaan Tante.. pasti kamu mainnya juga hebat.."

Tante Lela yang berparas ayu, bibir agak tebal dan mata sayu memandangiku dari wajah sampai ke arah kemaluanku. Lalu kuraih kepalanya dan kuarahkan ke wajahku. Lalu bibir kami saling berpagutan. Aku yang duduk telanjang di tepi ranjang sedangkan Tante Lela berdiri. Ririn yang sudah telanjang di belakangku tidak tinggal diam. Dia menghampiri burungku. Okh, desahanku pun terdengar sambil bibir Tante Lela bertautan dengan bibirku. Tanganku pun bergerilya melepaskan pakaian yang dikenakan Lela. Sesudah pakaian terbuka, kutarik BH-nya dan terlihat buah dada Lela lebih besar dibandingkan dengan milik Ririn. Ririn kini sedang melumat kejantananku sementara tangan kanannya meremas-remas biji pelirku dan tangan kirinya memegang celana dalamku. Benar-benar pengalaman yang fantastik bisa bercinta dengan dua wanita sekaligus.

Lela yang kini setengah telanjang meronta-ronta saat kujamah payudaranya dan meremasnya mesra. Ini benar-benar hebat, suara gemercik air ludah Ririn yang mengulum kemaluanku dan desahan Tante Lela kini mewarnai nuansa di kamar yang terhitung luas, jauh bila dibandingkan dengan kamarku. Andai aku tinggal di sini mungkin aku akan sangat berbahagia ditemani dua wanita yang cantik, binal dan haus seks. Payudara besar milik Tante Lela kuremas-remas dan yang satu kujilat, kulum dan kusedot-sedot sambil tanganku berusaha melepaskan celana jeans Tante Lela yang ketat. Akhirnya Lela membuka celana jeans-nya sendiri sedangkan celana dalamnya saya lepas dengan menggunakan gigiku. Woww, indah sekali barang milik Lela. Lela meronta-ronta. Tanganku mulai nakal bersamaan lidah, tanganku pun ingin bermain dengan memek Ririn. Desah Lela pun terdengar begitu memburu. Sementara itu Ririn pun masih sibuk bermain dengan kejantananku. Rupanya Ririn pun sudah tak tahan ingin suatu proses pengakhiran. "Ganti posisi dong.." bisik Lela sambil naik ke atas ranjang.

"Woww, Dik masukin dong.. udah nggak kuat nich.. pengin ngerasain punyamu.." desah Ririn tertahan sambil membimbing batang kemaluanku menuju liang senggamanya. Sementara itu Lela pun tidak ketinggalan, dia mengangkangkan pantatnya kemudian dia dekatkan pada wajahku. Wow, sungguh pemandangan yang indah tatkala liang senggama Lela tepat berada di wajahku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, kujilat mesra liang senggama Lela yang membuat Lela menggelinjang tanpa ampun. Tak lama kemudian Ririn pun mengikuti langkah Lela, mengarahkan lubang senggamanya ke wajahku. Aku berada di bawah dua cewek yang haus seks. Ririn terlihat merem-melek, tatkala Lela mengangkat pantatnya untuk berubah arah. Dia yang tadi membelakangi Ririn, kini mereka saling berhadapan. Kemudian Lela pun menurunkan pantatnya ke arah wajahku, memeknya seakan tersenyum kepadaku. Desisnya pun terdengar, "Woww, indah sekali.. nikmat.. enak.."

Dengan tenaga yang masih tersisa saya menawarkan pada Ririn supaya berganti posisi. Lima menit kemudian Ririn dengan tenaga sisa berusaha bangkit lagi kemudian dia menggoyangkan pinggulnya, kini Lela dan Ririn saling berhadapan di atas tubuhku yang di banjiri peluh, lalu mereka saling berpelukan dan saling menjulurkan lidah masing-masing. Mereka ternyata kalangan biseks tapi tidak masalah bagiku, ini merupakan pengalaman baru bagiku. Ririn kini menggeliat dan seluruh tubuhnya kejang-kejang pertanda Ririn akan mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya dan dia pun berbaring di samping kiriku.

"Sekarang bagianmu Lel.. kamu maunya posisi yang gimana..?" bisikku mesra. Rupanya Lela menginginkan posisi doggy style. Sambil mengangkat kaki kirinya, kupandangi liang senggama Lela. Kupermainkan dulu liang kewanitaannya dengan jariku. "Ooukh.." desahannya pun terdengar dan aku senang pertanda di sedang dalam keadaan siap tempur. Lela yang kini menungging semakin membuatku tak sabar, kemudian kuarahkan batang kejantananku ke liang senggama Lela. dan.., "Bless.." tanpa halangan yang berarti kejantananku menembus liang kemaluan Lela. Sambil menyentakkan pantatku, kumainkan jariku di lubang pantatnya. Lela mengeliat-geliat, rupanya letak kelemahannya terdapat pada lubang yang mirip sumur itu. Ririn yang terkulai lemas hanya senyum-senyum saja, dia mengakui bahwa aku yang terbaik dari lawan-lawan yang pernah dia pakai.

Hampir 30 menit kukerjai milik Lela, rupanya Lela pun sudah merasakan jenuh dengan permainan ini, dan sekarang dia memintaku untuk memasukkan kajantanaku ke lubang pantatnya. Lalu kuarahkan rudalku ke arah anusnya tapi sebelumnya kujilati dulu untuk melicinkan jalannya penetrasiku. Pertama belum berhasil, kemudian aku meminta bantuan Ririn yang sedang terkapar di sampingku untuk melumasi rudal yang belum berhasil mendobrak lubang pantat Lela. Ririn pun melakukannya, dia melumat rudalku dengan lidahnya, kemudian dia mengulum dan menjilati batanganku sampai terlihat licin lalu kucoba melakukan penetrasi lagi, kutekan pantatku. 1.. 2.. 3.. akhirnya aku berhasil menerobos lubang sumur Lela. Lela pun merem-melek bagaikan anak yang sedang mengorek kupingnya dengan bulu ayam, ini benar-benar luar biasa. Untung aku jalan-jalan kalau tidak, mungkin yah takkan pernah merasakan gimana asyiknya bermain dengan dua wanita sekaligus.

Hampir 24 menit kami melakukan anal seks, sampai akhirnya kami berada pada puncaknya dan setelah itu kami pun tak berdaya. Aku dan Lela terkapar lemas setelah menyemprotkan cairan nikmatku yang sangat banyak ke lubang pantat Lela. Aku pun tertidur sambil memeluk kedua wanita setengah baya tersebut.

TAMAT

CERITA SEX - Pinggul yang Bahenol

Pinggul yang Bahenol

Sengaja salah satu bagian dari tubuh wanita ini, aku jadikan judul karena memang bagi sebagian kaum lelaki, pinggul mempunyai daya tarik sendiri. Aku sendiri kalau melihat pinggul yang bahenol dengan pinggang kecil dan pantat yang bulat menantang langsung berimajinasi betapa nikmatnya jika pinggul dan pantatnya kuelus dan kuremas. Apa lagi jika buah dadanya besar kenyal dan putingnya masih kemerahan dan menunjuk ke depan (tidak ke bawah), wahh.. enaktenan.

Tapi di lingkungan sehari-hari sulit sekali menemukan tipe seperti yang aku sebutkan di atas, ada yang pinggulnya besar tapi pantatnya rata alias tepos, ada yang pantatnya bulat sekel tapi pinggangnya rata dengan pinggul, ada yang tidak berpinggang, tidakberpinggul dan tepos sekaligus dalam satu kesatuan.

Nah aku mau ceritakan pengalaman waktu SMP dikerjain putri tunggal Boss-ku yang pinggulnya sangat bahenol, dengan pantat yang bulat dan buah dada yang wah.

Awal mulanya ayahku memerlukan seorang tenaga dinas luar untuk bagian pemasangan iklan, tapi karena jam kerjanya tidak terlalu panjang usulan ayahku ditolak oleh bossnya jika harus memperkejakan orang khusus untuk bagian ini. Entah ide dari mana aku yang waktu itu masih SMP kelas 2 ditarik ayah untuk mengisi bagian tersebut, dengan jam kerja pukul 13:00 sampai dengan pukul 17:00, jelas aku bisa kerjakan setelah pulang sekolah.

Hari-hari pertama bekerja aku di-training ke perwakilan resmi harian ibukota yang kesemuanya bermarkas di jalan Gajah Mada Jakarta. Semua berita harian nasional aku sudah kenal, dan dari sekian banyak biro iklan yang ke sana, hanya akulah yang paling muda (KTP saja belum punya). Setiap selesai aku diwajibkan kembali balik ke kantorku yang di daerah Kota. Boss-ku sudah cukup umur, dan kalau hitungan teliti sekali, tapi lamanya minta ampun, biasanya menunggu boss-ku menghitung, aku duduk-duduk di belakang ruangan kantor yang memang khusus tempat ngumpulnya para sales dari divisi lain. Dan di ruangan kantor depan hanya ada 4 orang, satu di antaranya adalah putri tunggal boss-ku yang menjabat sebagai direktur operasional, orangnya putih bersih, tinggi sekali mungkin 180 cm-an, waktu itu kalau berdiri aku paling sepundaknya. Selalu mengenakan span pendek dengan stoking hitam. Pinggulnya ketika berjalan hampir dipastikan seluruh orang menengoknya. Pantatnya yang bulat dan dadanya yang membusung menambah daya tariknya sebagai wanita.

Sebenarnya putri boss-ku ini pengantin baru, tapi entah kenapa malah tidak betah di rumah, kadang-kadang aku kalau lagi telat bisa sampai jam 19.00 malam dan dia masih ada di kantor. Menurut gosip yang beredar di kalangan sales (aku sering menguping). Suaminya impoten dan aku tahu bahwa pinggul, pantat dan buah dadanya bagus pun dari hasil nguping, karena waktu itu aku kurang mengerti masalah itu, yang jelas melihat paha sedikit saja, kemaluanku langsung berdiri dengan tegaknya, ditambah lagi aku sering baca buku porno, jelas hasilnya onani 3-5 kali per hari. Setiap ada kesempatan pasti aku langsung onani, kebanyakan di WC, terutama di WC kantor, pokoknya setiap ada kesempatan.

Aku sering sekali membayangkan putri boss-ku ini ketika onani, terutama kalau di WC kantor. Sebenarnya aku sih tidak bodoh-bodoh amat dalam urusan itu, perjakaku pun sudah kulepas di lokasi WTS Kali Jodoh, tapi kan tidak mungkin aku ke situ setiap hari, dari mana uangnya?Padahal buat pertarungan, aku punya modal yang cukup. Aku pernah di WC sekolah dengan teman-teman mengukur besar batang kemaluan, dan ternyata aku jadi pemenang, baik dalam panjang maupun diameternya. Alhasil aku pun dijuluki di sekolah "konde" alias "kontol gede". Nah waktu onani aku pun berkhayal begitu, aku bagai seorang pahlawan yang dapat memuaskan wanita-wanitateman onaniku dengan senjata kebanggaanku.

Tak terasa 3 bulan sudah aku bekerja, sampai pada suatu hari, karena ada iklan kolom yang jumlah uangnya besar dan pada teksnya terdapat kesalahan, aku harus menunggu sampai malam, dan sialnya hasil perbaikannya malah membuat salah jumlah giro yang aku bawa, untunglah bagian kasir masih berbaik hati dan menukarkannya dengan tanda terima sementara. Pukul 19:30 aku sampai di kantor, lampu sudah dimatikan semua, hanya pos satpam dan ruangan putri boss-ku saja yang masih menyala, aku langsung ke ruangannya.

"Selamat malam Bu," sapaku sopan.
"Malam, baru selesai Big?"
"Yah Bu, tadi ada kesalahan, jadi harus menunggu."
"Oh.."
"Sekarang saya mau hitungan dengan siapa, Bu?" tanyaku.
"Oh ya Mama sudah pulang, sini saya yang hitung!"
Aku meyerahkan semua bon kepadanya.
"Saya tunggu di luar, Bu," aku pamitan.
"Silakan," jawabnya singkat.

Aku menuju kantor belakang, ternyata tak ada seorangpun di sana, mungkin sudah terlalu malam. Aku segera ke kamar mandi dan mengkhayalkan making love dengan putri boss-ku. Seiring dengan khayalanku yang semakin indah aku mulai melepas celanaku lalu mulai mengocok-ngocok batanganku dengan perlahan, busa sabun yang melumuri batanganku terasa nikmat sekali, gerakankusemakin cepat, dan mencoba mencapai puncak kenikmatan secepatnya. Tapi karena hari ini aku sudah 4 kali mengocok, di WC sekolah, WC rumah dan terakhir di WC kantor 2 kali, aku agak susah keluar, aku lihat kepala batanganku sampai memerah, tapi tiba-tiba saja, "Brakk.." pintu terbuka dan menyembullah wajah yang ada dalam khayalanku, aku kaget setengah mati, begitu puladia sampai berteriak. Aku segera mencari celanaku, tapi sialnya karena pintu terbuka jelas aku tidak bisa mengambil celanaku yang berada di balik pintu kamar mandi.

"Maaf, Bu, saya lupa mengunci pintu," aku segera minta maaf tanpa menghiraukan batanganku yang masih ereksi, "Eh.. tidak apa," boss-ku pun agak gugup dan kulihat pandangan matanya tertuju pada batanganku yang masih mengacung menunjuk langit-langit, dan tanpa disangka-sangka dia langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya, "Ehh, Ibu mau ngapain?" aku masih kebingungan atas sikapnya. "Kamu tenang aja yah Big," kata boss-ku.

Dia langsung menanggalkan seluruh pakaiannya dan telanjang bulat di depanku, aku pun mulai menyadari keinginannya, tapi aku masih takut karena dia adalah boss-ku, untunglah dia dulu yang mulai. Aku yang masih mengenakan baju langsung dilepaskannya, dan boss-ku langsung dengan liarnya menciumi seluruh tubuhku, tangannya langsung saja menggenggam batanganku dan menarik-nariknya dengan keras. Sungguh nikmatnya luar biasa. "Big, kontol kamu gede, bikin Ibu puas yah!" aku pun tak bisa tinggal diam, seluruh imajinasiku yang kudapat dari buku stensilan kupraktekan. Aku mulai melumat bibir boss-ku sambil tanganku bermain di keduapayudaranya yang membusung padat. Putingnya yang kecil dan kemerahan aku pilin-pilin, kadang aku usap perlahan. Bibir dan lidahku terus menjalar menelusuri leher dan melumat buah dadanya, boss-ku hanya mengerang pelan. Rejeki ini benar-benar aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk memuaskan imajinasiku, seluruh bagian tubuh boss-ku tak ada yang luput dari jilatanku, mulai dari jari tangan, leher, buah dada, perut, pinggul, pantat, liang kemaluannya yang lebat sampai paha dan jari kakinya kujilat dan kucium.

Dan saat lidahku bermain di liang kemaluannya dia mengangkat sebelah kakinya ke bathup, dengan begitu aku semakin leluasa menyedot klitorisnya dan memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, boss-ku meremas-remas rambutku semakin kuat, sambil terus menjilat kedua tanganku, meremas dan memilin kedua puting buah dadanya, "Achh, Bigg.." rambutku terasa mau tertarik dari akarnya saat boss-ku melepas orgasmenya yang pertama. Aku tak begitu perduli, aku terus menciumi seluruh bagian tubuhnya, dan saat aku menciumi punggungnya, senjataku terasa nikmat terganjal di antara belahan pantatnya yang besar, tapi mungkin boss-ku sudah naiklagi nafsunya. Dibimbingnya senjataku dari belakang, "Dorong, Big!" aku langsung memajukan pinggulku dan senjataku terasa memasuki lorong hangat yang sempit, "Achh, enak Big, terus yang dalam!" boss-ku makin meracau, sementara aku sendiripun merasakan nikmat yang luarbiasa, jepitan liang kemaluannya terasa sekali meremas batang kemaluanku.

Perlahan aku gerakkan pinggulku maju-mundur, sementara tanganku tak tinggal diam meremas danmemilin buah dadanya, kian lama gerakanku semakin cepat. Seluruh urat syarafku terasa agak kaku dan aliran darahku semakin cepat. Aku mencoba mengeluarkan spermaku secepatnya, tapi mungkin akibat terlalu banyak onani aku malah susah keluar, sanpai boss-ku orgasme 8 kali dan mengalami berbagai macam gaya barulah aku mulai merasakan spermaku sudah terasa di ujung batanganku,
"Bu.. saya mau keluar.."
"Sebentar, Big, tahan!"
Dia lalu menggerakan pinggulnya ke depan sehingga batanganku tercopot, dia langsung mengocok batang kemaluanku dengan tangannya yang halus, sementara bibir dan lidahnya menggelitik ujung dadaku dengan rakusnya. Nafasku bagai terhenti saat dengan kuatnya dia melumat ujung dadaku dan mempercepat kocokan tangannya di batang kemaluanku. Akhirnya seluruh tubuhku bagai merindingdan bergetar saat spermaku terpancar dengan beberapa kali denyutan-denyutan kenikmatan di seluruh batang kemaluanku.

Kulihat boss-ku tersenyum puas, "Big, kamu termasuk hebat dalam urusan ini, besok-besok temanin Ibu lagi, yah!" aku hanya mengangguk, dan tanpa banyak kata-kata lagi boss-ku langsung mengenakan pakaiannya kembali dan meninggalkanku sendirian di kamar mandi. Entah mimpi apa aku semalam dapat bercinta dengan boss-ku, yang jelas sejak saat itu aku jadi tidak kekurangan uang. Sayang sekarang dia sudah keluar negeri mengikuti suaminya, kalau tidak pasti masihberlanjut sampai sekarang.

TAMAT

CERITA - Nia, Istri Heru yang Menggairahkan

Nia, Istri Heru yang Menggairahkan

Sejak aku berhasil menyetubuhi Cik Ling dan dia membuatku hilang keperjakaanku, aku terobsesi menikmati tiga teman kantorku dan satu lagi adik ipar Cik Ling, Cik Nina. Hari Sabtu lalu, Cik Nina mendatangiku. Gila, seksi benar. Dia duduk di depanku. Kaosnya super ketat dan celana jeans-nya super ketat membuat tubuhnya tercetak jelas dan dapat kulihat. Seolah Cik Nina membiarkan aku menikmati tubuhnya. Kapan ya, pikirku. Ketika aku hampir lebih melamun, aku dikejutkan Nia yang masuk ruanganku tanpa mengetuk. Nia terkesiap dan menyatakan ketidak senangannya atas apa yang mataku lakukan dengan Cik Nina. Aku bisa lihat di wajahnya dan Nia berdiri kaku di samping Cik Nina, kemudian Nia keluar.

Setelah selesai berbicara dengan Cik Nina, Cik Nina keluar dengan sedikit pandangan lain kepadaku dan membuatku kelabakan. Aku sempat berpikir, Apakah Cik Ling bicara dengan Cik Nina ya? Ahh, aku membayangkan yang, ya ya ya, dengan Cik Nina dan Cik Ling lagi.

Lima belas menit kira-kira, Nia masuk lagi ke ruanganku, lalu ditutupnya. Ruanganku ber-AC dan Nia dengan sedikit akting memarahiku. Kupikir Nia ini cemburu. Dan makin aku mendapatkan jalan lapang menikmati tubuh Nia."Iya, iya, aku minta maaf. Mau memaafkan nggak? Entar tak kasih hadiah," kataku pada Nia. Nia mengangguk. Nia memang sayang sama aku, hampir tiap hari Nia membawakanku kue. Nia tahu kalau aku suka kelaparan sebelum makan siang. Dari situ, aku bisa lebih dekat dengan Nia, istri Mas Heru ini. Mengapa Nia rela memperhatikanku ya? Ada yang tak beres sepertinya hubungan mereka berdua. Nia sudah punya dua anak yang masih balita dan dia baru berumur 26 tahun.

Akhirnya, sesuai janjiku, aku memberikan sesuatu untuk Nia. Daster hitam. Aku terus terang sudah membayangkan Nia memakai daster hitam ini dan aku menyetubuhinya. Ahh, aku jadi ingat Cik Ling yang banyak mengajariku soal persetubuhan.
"Nia, ini buatmu ya?" Nia tersenyum sambil menerima kadoku.
"Bagaimana kabar rumah Nia?" tanyaku melanjutkan.
"Baik Jo," katanya agak terpaksa.
"Kemana Mas Heru hari ini?" kataku memberanikan lebih dalam.
"Oooh, baru pergi ke Bogor, ada seminar dan training seminggu di sana," katanya.
Wah, ini kesempatan buatku.
"Maukah Nia menemuiku nanti sore? tanyaku.
Sementara aku berakting biasa karena teman-teman kantor di luar bisa melihatku di dalam ruangan berkaca ini. Nia diam saja.
"OK, kalau Nia mau temui aku di sini," kutuliskan nama hotel berbintang di dekat rumahnya, "Sore nanti ya, sejam setelah pulang kantor, dan kuharap Nia mau pakai apa yang aku berikan itu," kataku merayu.

Nia keluar dari ruanganku, hatiku berkecamuk. Mau tidak dia ya? Pikir dan anganku. Yaa, paling-paling aku kehilangan uang hotel saja. Segera aku telepon hotel dan aku booking kamar 617 (lantai 6 kamar 17). Aku pesan yang menghadap ke selatan, sehingga bisa melihat bukit-bukit di selatan kotaku. Aku telepon Nia dan memberitahu nomor kamarku. Nia diam saja. Aku makin gelisah.

Aku pulang sejam lebih awal. Mobil kutinggalkan di parkir Mall di kotaku dan aku naik taksi ke hotel. Dengan jantung yang makin berdegub aku menunggu Nia datang. Akhirnya ada ketukan di kamarku dan yaa, hatiku melonjak karena Nia datang. Ahh, senyumnya malu-malu dan segera kutarik ke dalam, kukunci pintu. Kami berpandangan dan akhirnya kami berpelukan, aku dekap Nia sekuatku dan kuciumi kuat bibirnya yang manja. Ahh Nia, kau benar-benar menjadi milikku sore ini.

"Nia bawa daster hitam yang aku beri?" dia mengangguk. Dan aku memintanya untuk memakai sekarang. Kusuruh dia ke kamar mandi, sementara aku melucuti pakaianku sendiri hingga telanjang. Aku berdiri agak bersembunyi. Aku ingin menikmati Nia, bagaimana dia berjalan. Aku mengelusi kemaluanku sendiri. Ahh, tunggu ya, sabar ya, kataku dalam hati pada kemaluanku. Lama sekali Nia di kamar mandi. Sekitar 15 menit kemudian, kulihat pintu kamar mandi dibuka Nia dan amboi.. kuperhatikan dia berjalan dari belakang dan dia mencariku ketika sampai dekat tempat tidur. Akhirnya dia tahu persembunyianku. Aku keluar dengan tubuhku yang telanjang, dengan batang kemaluanku yang menegang kuat penuh. Nia terhenyak melihatku, matanya terpaku menjalari tubuhku dan terakhir melihat kemaluanku. Batang kemaluanku kalau tegang maksimum kira-kira 15 cm dan 4,5 cm diameternya. Lalu kupanggil supaya dia mendekat dan aku juga bergerak mendekat. Seksi sekali Nia dengan daster hitam yang kuberikan. Pundaknya hanya dilapisi tali hitam kecil. Ahh, Nia sudah tidak pakai BH lagi, buah dadanya tampak menggunung dan bergerak-gerak ketika dia berjalan.

Ooh, kedua bukitnya kurasakan nikmat di dadaku. Kupandangi dia ketika kami berdekapan. Tanganku bergerilya di bagian belakang tubuhnya menelusuri punggung dan ke pantatnya yang indah tertutup daster hitam. Aku kaget karena dibalik daster hitam itu sudah tak ada lagi BH dan celana dalam. Dengan sekali sentak pasti Nia sudah telanjang di dekapanku. Pikiranku berubah. Aku ingin menyetubuhi anusnya dulu dengan Nia masih memakai daster. Lalu, kubalikkan tubuhnya. Nia menyandarkan kepalanya di dada kiriku. Wajahnya menghadapku dari samping. Ahh, benar-benar menggairahkan tubuhnya. Buah dadanya yang besar menantangku, juga tubuhnya, semuanya. Dengan manja dan minta, aku memaguti mulutnya, menguluminya. Tanganku bergerak meraba leher, kepala, telinganya.

Kami berkuluman lama, kuciumi pipinya, telinganya, dahinya dan tanganku mulai merambati kedua buah dadanya dan kuberikan lagi sensasi-sensai yang sangat menikmatkannya. Tubuhnya sesekali membusung ke depan menikmati gerakan tanganku meremasi buah dadanya. Lalu tiba-tiba tubuhnya menunduk dan makin membungkuk, aku menahan dengan tanganku yang masih di buah dadanya. Nia sangat menikmati. Akhirnya Nia dan aku tidak kuat menahan tubuhnya dan Nia makin menunduk akhirnya mencapai dasar lantai, Nia membungkuk. Kubuka daster bawahnya ke atas dan kulihat pantatnya yang menggairahkan. Nia menungging, aku meremasi buah dadanya dari belakang. Aku menciumi pantatnya dan bibir kemaluannya, menggairahkan sekali. Kuraih klitorisnya dan membuat tunggingannya semakin naik dan membuka. Kugesekkan batang kemaluanku di sepanjang bibir kemaluannya bergerak ke atas ke anusnya. Seolah Nia tahu keinginanku. Akhirnya aku terdiam. Nia tahu sekarang kalau aku mau anusnya. Aku diam, sementara kemaluanku sudah berada di bibir anusnya. Nia gerakkan pantatnya dan aku diam. Nia terus bergerak ke belakang membuat batang kemaluanku semakin terbenam di anusnya. Nia sangat menikmatinya dan tidak merasakan sakit. Akhirnya seluruh batang kemaluanku tertanam di anusnya. Ooh, nikmat sekali jepitan anusnya.

Aku menikmati sensasi kenikmatan ini dan kuraih lagi buah dadanya dari belakang sementara Nia masih menungging. Kuremasi lagi dan kugerakkan lembut batang kemaluanku yang sudah terbenam penuh di anusnya. "Ooh Nia, Nia," kataku. Akhirnya aku mulai tidak tahan lagi, cepat-cepat kucabut dan sebelum Nia tersadar, batang kemaluanku sudah menghujam ke lubang kemaluannya dengan cepat. Nia tersentak sebentar sebelum Nia sangat menikmati goyanganku. Sementara batang kemaluanku tertahan, aku melucuti dasternya sehingga Nia telanjang dalam gaya "doggy"-ku. Aku ingin Nia jadi betinaku seperti anjing jantan menyenggamai betinanya. Sambil masih menungging, kugoyangkan nikmat, kuciumi Nia dari belakang, kuraih buah dadanya dan Nia melenguh kenikmatan. Nia makin tidak tertahan menikmati sensasi di liang kemaluannya. Makin rapat dan menungging saja dia, batang kemaluanku berdenyut seiring denyutan jantungku. Akhirnya dengan satu teriakan keras kami bersama orgasme. Aku semprotkan spermaku ke liang senggamanya sementara Nia memuntahkan cairan kewanitaannya menghangati batang kemaluanku. Nia terkulai telungkup dengan menyisakan gerakan-gerakan kepuasan ketika aku menyetubuhinya.

Kucabut batang kemaluanku dan kucumbui Nia. Sisa-sisa ketegakan batang kemaluanku dan sperma bercampur cairan kewanitaannya kuarahkan ke mulutnya dan pipinya. Diraihnya batang kemaluanku oleh Nia dan dikuluminya. Dibersihkannya dengan mulutnya yang menggairahkan itu dan batang kemaluanku mengeras lagi.

Satu istimewa pada Nia adalah buah dadanya yang berbentuk menggantung seperti buah pepaya besar. Aku suka memperhatikan BH-nya dari depan di kantor yang suka merosot ke bawah menahan beratnya kedua bukit indah itu. Aku suka membayangkan kapan aku bisa menikmatinya. Dari tadi aku hanya meremasi saja. Dan ketika batang kemaluanku tegak lagi oleh kuluman dan sedotannya, kutuntun Nia ke kamar mandi. Aku ingin menyetubuhinya lagi di sana.

Kami mandi bersama dengan shower yang hangat. Tubuh Nia sangat seksi apalagi dengan buah dadanya. Kucumbui Nia lagi. Kutengadahkan mulutnya dan dengan terpejam, bibirnya kulumat lembut. Sementara tanganku meremasi buah dadanya, batang kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. "Ahh.."Lalu kuangkat Nia ke meja di kamar mandi. Kucumbui dia, kukulumi bibirnya, dan akhirnya aku sampai di bukit indah. Dipeganginya kepalaku dan dengan nafas terengah-engah kenikmatan dengan kepala yang didongakkan, Nia menikmati cumbuanku atas buah dadanya. Kukulumi, kupaguti buah dadanya, menggairahkan sekali. Aku puas dan berlari turun ke perutnya. Kuambil kursi dan kutaruh kaki Nia terbuka dipundakku, sementara dia duduk di meja. Kujilati pahanya dan menjalari ke bukit hitam kemaluannya. Ahh, kukulumi, kujilati dan cumbui kloritisnya dan Nia sudah tidak tahan lagi. Kubopong sementara kedua kakinya menjepit pinggangku, sementara aku bangkit mengulumi lagi kedua buah dadanya bergantian. Kubawa Nia ke tempat tidur, kurebahkan di sana.

Sebelum sensasi hilang, kuburu tubuhnya, kubuka selakangannya dan Nia menurut saja. Sekarang aku di tengah-tengah kedua kaki Nia yang terbuka dan diangkat. Ahh, kulihat Nia meremasi buah dadanya sendiri, itu satu tanda agar aku segera menyetubuhinya lagi. Aku membungkuk dan kuciumi pahanya ke bawah ke arah bukit hitam di kemaluannya. Nia tergelincang kenikmatan. Sementara tanganku meremasi kedua buah dadanya, kucumbui lagi kemaluannya yang makin basah. "Uhh, enak sekali Jo, ehh.. ehh.." lenguhan Nia memanjang, "Joo, Joo.. teruskan.. ehh.." dan mulutku semakin dibasahi oleh cairan kewanitaannya bercampur dengan deru birahi Nia yang memuncak.Aku semakin menikmati saja persetubuhan ini dan kusiapkan kemaluanku untuk lubang kemaluannya yang semakin siap menerimanya. Kuambil bantal dan kuganjal pinggulnya supaya aku lebih leluasa menyetubuhinya. Kucumbui lubang kemaluannya dengan batang kemaluanku. "Ahh Jo, cepat, cepat Jo, cepatt.. ahh.. ehh.." lenguhannya, desisannya, geliatnya sangat merangsangku. Lalu batang kemaluanku kumasukkan perlahan-lahan. Kepala kemaluanku terhujam, kugosokkan ke dinding lubang kemaluannya memutar beberapa kali. Nia sangat menikmati. Kumasukkan lagi lebih dalam lubang yang menggairahkan untukku karena dinding lubang kemaluan Nia memberi sensasi yang makin memuncak pada batang kemaluanku.

Aku diam sejenak ketika terhujam separuh. Nia memainkan pinggulnya sendiri seperti menyetubuhiku. "Ohh Nia," kataku, "Nikmat sekali.." Nia terus menggoyang pinggulnya, akhirnya kuimbangi dengan dorongan dan gerakan memutar yang membuat batang kemaluanku terhujam penuh di lubang kemaluan Nia. Nia menggelinjang, mengerang, mendesis, "Uhh.. ahh.. Jo, Jo.." beberapa kali namaku dipanggilnya. Aku merasakan ada yang lain di samping jepitan pinggulnya yang tersalur ke lubang kemaluannya pada batang kemaluanku. Nia akan orgasme dan kubiarkan Nia mencapai kenikmatan sampai Nia lepas. Aku pun makin tidak bisa menahan, sebentar lagi mau keluar. Dengan beberapa kali genjotan, kucabut segera batang kemaluanku dan melangkah ke mulut Nia. Nia terpejam-pejam dan kumuntahkan spermaku membasahi mulutnya, hidungnya, matanya, pipinya. Ahh, Nia menjilatinya, juga batang kemaluanku dikuluminya. Sekali lagi kusemprotkan spermaku ke mulutnya. Nia menelannya.

Uhh, nikmat sekali. Aku menikmati lagi buah dadanya sebagai bagian akhir aku menyetubuhinya. Kulihat Nia menggelepar-gelepar menikmati sensasi akhir yang kuberikan. Aku mencumbui Nia dan kumasukkan ke mulutnya spermaku dengan lidahku dan bertebaran di kepalanya. Kupeluki Nia sampai dia lelah tertidur dalam pelukanku.

Ahh Nia, akhirnya tubuhmu kudapatkan juga. Betapa nikmatnya. Akhirnya Nia pulang setelah membersihkan diri bersama. Kami suka melakukannya dan mengulangi persetubuhan di hotel yang sama di sore hari sepulang jam kantor. Jadi aku punya dua tubuh kepuasan seksku, Cik Ling dan Nia. Sebentar lagi aku mau Sasa. Tapi, Cik Nina sepertinya lebih menggoda.

TAMAT

CERITA SERU


MEMEK

Aku Siap............. ayo cepetan doooong ahh.........



PASTINYA KAMU-KAMU SUKA INI