Minggu, Januari 25, 2009

Aku, Narsih, dan Mbak Murti



Namaku Damar, 25 tahun, baru lulus Universitas. Sambil menunggu kesempatan untuk dapat mulai bekerja, sekarang aku meneruskan program S-2 di Universitas yang sama. Sampai saat ini aku belum punya pacar, meskipun teman wanitaku cukup banyak, dan pergaulanku dengan mereka termasuk kategori 'biasa-biasa' saja.

Sejak lulus SMA di Jawa Tengah, aku tinggal dengan Pak De di kawasan perumahan eksklusif di kawasan Jakarta Selatan. Pak De dan Bu De, yang menyayangiku adalah 'pasutri' yang sangat sibuk dengan kegiatan bisnis dan sosial mereka masing-masing. Berusia 60-an, mereka berdua adalah cerminan kaum feodal Jawa yang masih sangat konservatif. Ketiga orang anak-anak mereka sudah berumah tangga dan semua tinggal di luar negeri. Ini membuatku jadi seolah seorang pangeran yang kesepian, dan sebagai seorang introvert. Aku banyak menghabiskan waktu di puri yang megah namun kosong ini.

Salah satu dari berbagai kesukaanku adalah menonton film hardcore di home theater, tentu ketika Ndoro-ndoro itu tidak sedang di rumah. Terkadang ketika aku tidak dapat lagi menahan gejolak birahi, maka aku 'melepas'-nya dengan bermasturbasi di kursi kegemaran Pak De. (Aku tidak pernah lupa menyediakan sekotak tissue di dekatku.)

NARSIH

Pembantu Rumah Tangga (PRT) kepercayaan Bu De. Dari 3 orang PRT disitu, hanya dia lah yang diperbolehkan masuk ke 'ruangan dalam' untuk membersihkannya. Berkulit mulus layaknya mojang Priangan, janda menawan beranak satu asal Sukabumi ini menurut perkiraanku berumur 30-an. Seringkali tubuhnya yang sintal dan terawat baik itu mengisi 'laporan' (lamunan porno)-ku. Hanya karena pengaruh ajaran keluarga, yang dengan tegas menganut perbedaan 'kelas' (antara majikan dan pembantu), yang masih bisa mencegahku untuk 'mendekatinya'.

Satu kejadian yang sangat memalukan tapi sekaligus mendebarkan terjadi ketika aku sedang bermasturbasi sambil menonton adegan lesbian favoritku. Di saat aku sedang orgasme, maniku bermuncratan, dan aku mengerang dalam nikmat, masuklah Narsih.
"Eh, ada Aden disini, kirain teh kosong, sayah cuma mau bersihin kok. Punten nya', nanti aja kalau Aden udah selesai, sayah balik lagi."
Aku yakin bahwa sebenarnya, tanpa sepengetauanku, dia sudah cukup lama ikut menonton bermacam adegan, dan mengamati dari awal permainan soloku.

Sejak peristiwa itu aku bertekad untuk membalas dendam dengan cara mengintip ketika dia sedang mandi, atau berganti pakaian di kamarnya. Suatu ketika aku bahkan pernah melihatnya sedang bermasturbasi, meremasi payudara dan memelintir puting-putingnya, jari-jarinya yang lentik mempermainkan klitoris, dan keluar-masuk vulva-nya. Sampai akhirnya dia merintih, mengerang dalam klimaksnya. Dan aku pun 'menemani'-nya dalam orgasme dari kejauhan. (Aku selalu membawa beberapa lembar tissue di kantongku saat mengintip Narsih.)

MBAK MURTI

Bu Murti, istri pengusaha sukses ini tinggal hanya berselang 3 rumah jauhnya. Perbedaan umur yang cukup jauh tampaknya bukan penghalang dalam menjalin persahabatannya dengan Bu De, sehingga dia sudah terbiasa dan leluasa bergerak di rumah kami. Sejak pertama diperkenalkan kepadanya, aku tidak pernah berhenti mengaguminya. Ibu dari 2 anak ABG, yang sangat paham merawat kecantikan dan tubuhnya ini seringkali kuajak 'kencan' dalam fantasi liarku. Semula Bu De mengharuskan aku menyapanya dengan "Bu", tapi suatu kali justru Mbak Murti yang menegaskannya sendiri.
"Mbakyu, Dik Damar dan saya 'kan hanya terpaut beberapa tahun saja, dia masih pantas menjadi 'adik' saya." katanya waktu itu. (Ooh.., terima kasih Mbak Murti.)

TIGA-SERANGKAI

Suatu waktu Pak De dan Bu De bepergian cukup lama ke luar negri menengok cucu-cucunya. Siang hari itu aku sedang asyik dengan menonton film XX kegemaranku, dan bersiap untuk bermain solo. Tiba-tiba ketika aku sedang bersiap melepas celana, entah sudah berapa lama dia mengamati 'kesibukan'-ku, di sampingku berdiri Mbak Murti.

Dalam pakaian tennis (gaun sangat pendek dan t-shirt ketat) dia menampakkan kemolekan lekuk tubuhnya. Dan tanpa basa-basi lagi dia berlutut di depanku.
"Sini Damar, biar saya bantu."
Dengan sangat santun dan ramah dia mengatakan bahwa dia dapat memahami keadaanku, dan dalam suara yang mulai serak dia masih sempat memuji bahwa aku adalah anak muda yang baik karena ternyata lebih memilih swalayan daripada jajan ataupun bermain sex bebas.

Selanjutnya, tanpa berkata sepatah pun, kedua tangannya dengan leluasa mulai melepas bajuku. Bibirnya yang sering aku khayalkan menciumiku mulai menjelajahi leher, telinga dan dadaku, lidahnya juga seakan tak mau kalah beraksi. Aku semakin tenggelam dalam kolam kenikmatan waktu Mbak Murti menjilat, mengecup, dan menggigit kecil puting dadaku. Jemarinya mulai mengelus penisku, sekejap kemudian, dalam satu gerakan yang sangat cepat, dilepasnya celanaku, dan aku yang tak berdaya telah telanjang, duduk di kursi Pak De. Mbak Murti semakin tak terkendali, darah semakin mengalir deras ke penisku, keras-panjang-tegak-menantang.

"Aaahh..!" desah panjang Mbak Murti, nafasnya yang panas terasa sangat dekat di sekitar bawah perutku, penisku yang telah dalam genggamannya tak dilepasnya lagi.
"Oohh.., Mbaak..!" terucap dari mulutku saat dia mendaratkan lidahnya di 'leher' penisku.
Disitu dia memutar dan memainkan lidahnya, aku tak dapat menahan keluarnya cairan kentalku.
"Mmm.., Damar..!" dan dengan tatap kagum pada penisku (panjang 18 cm, lingkar 5 cm) dijilatinya protein yang mengalir dari tubuhku itu.
Satu tangan Mbak Murti mulai menggenggam dan meremas lembut, lalu lidahnya berpindah menjilati setiap milimeter kantong bijiku. Di 'ambil'-nya bijiku dengan bibirnya, lalu dikulum dalam mulut, seakan ingin ditelannya.

Dia melihat juice mengalir lagi dari ujung penisku, tanpa membuang waktu sedetik pun dikatupkannya kedua bibirnya pada mahkotaku. Inilah oral sex-ku yang pertama. Terus perlahan dia berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya, bibir dan lidahnya seakan berlomba, naik-turun-naik-turun menelusuri penisku. Aku tidak sedang berkhayal, badanku terasa ringan serasa melayang tinggi saat dia tersengal megatakan, "Masih tahan Damar..? Tunggu saya ya, plee..ase..!"

Mbak Murti bangkit, seperti kesurupan dia tanggalkan seluruh pakaiannya, dan dengan gaya yang sangat binal dia baringkan tubuhnya di selembar kulit domba New Zealand yang terhampar di lantai.
"Damar, kamu tau apa yang harus kamu lakukan.." katanya, dan tiba-tiba aku bukan lagi jejaka pemalu.
Seluruh ingatanku (dari 'pelajaran' di film) kukerahkan. Aku seolah menjelma menjadi cowboy yang sedang bersiap menundukkan kuda betina yang sedang birahi ini. Tak ada waktu lagi menciumi bibirnya yang merekah dan merangsang. Kuraih payudaranya, aku sempat melirik BH-nya yang berukuran 34C, dan tak kulepaskan. Kedua putingnya yang meregang kupelintir pelan sampai dia mengerang dalam kenikmatan. Kujilati, kulum, dan hisap keduanya tanpa ampun.

Sekejap dengan sigapnya dia menyergap kepalaku dan, tanpa berkata apapun, mengarahkannya ke bawah perutnya. Aku ragu sejenak, tapi sudah cukup aku melihat bagaimana lelaki pun ternyata dapat memberikan cunnilingus, dan sekaligus menikmatinya. Dengan rakus aku melahap apa yang ada di hadapanku, klitorisnya yang telah mencuat tampak mengkilat dilumuri cairan yang menggenang di vulva Mbak Murti. Bukit vagina tertutup bulu kemaluannya yang digunting pendek dan terawat rapih mengundangku untuk berlama-lama menikmati keindahan ini sambil berpindah ke posisi 69.

Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku, keluar-masuk, naik-turun, sambil sekali-sekali bersama jariku menggoda sang 'Dewi Clitoris'. Mulutku tak hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini. Kurasakan otot-otot Mbak Murti menegang, dan Mbak Murti berteriak dalam ledakan orgasme yang tak terkendalikan lagi.
"Ooohh.. Hhh.., Daamm.. Ar.. Yess, Yess, Damar..! Aaa.. hh..!"
"Aden..! Ibu Murti kenapa..?" masuklah Narsih tergopoh-gopoh.
Dari kamar mandi, Narsih yang tubuhnya masih basah hanya dibalut handuk, tampak jelas gemetar menyaksikan pemandangan yang dilihatnya. Seperti lemas tanpa tulang dia roboh terduduk di sampingku, handuk pembungkus tubuhnya terlepas.

Sebelum Narsih sempat menyadarinya, aku tarik tubuh janda molek ini. Tubuhnya terbaring menggelepar ketika aku lampiaskan semua khayalanku yang selalu berakhir di lembar-lembar tissue selama ini.
"Aden, Aden, Aden..!" hanya itu desahnya.
Kudaratkan rudalku di lembah payudaranya, aku gesekkan ke putingnya, tampak dia menggelinjang. Lalu aku bangkit tepat di hadapannya, "Den Damar, kok jadi seperti di pi.." kalimatnya (maksud dia pilem) tidak selesai karena penisku sudah membungkam mulutnya.

Dengan mata tertutup aku sangat menikmati permainan seruling janda Sukabumi ini, sampai ketika tiba-tiba alunan nadanya terasa faals. Ketika aku membuka mata ternyata Mbak Murti yang untuk beberapa saat tadi KO-lah penyebabnya. Kulihat dari belakang Narsih, satu tangan Mbak Murti meremas payudara Narsih, sementara satunya lagi mengobok-obok 'momok' (Sunda: vagina)-nya. Melihat adegan ini aku memutuskan untuk istirahat sejenak menjelang final round nanti. Sekarang Narsih lah yang berjaipong tanpa protes sedikitpun atas iringan degung Juragan Murti.

Gila, semua fantasiku jadi kenyataan, sementara di layar muncul adegan lesbian, di depan mataku dua perempuan, yang katanya berbeda 'kelas' (tapi tak ada batas lagi kan?) beraksi. Mbak Murti tanpa sungkan lagi langsung menyodorkan clitoris nya ke mulut Narsih yang langsung melahapnya seakan sedang menikmati jagung bakar di Puncak, tangan Mbak Murti menuntun tangan Narsih ke payudaranya. Narsih tetap patuh ketika jemari Mbak Murti menelusuri 'momok'-nya, tapi segala sesuatu ada batasnya. Nurani perempuan desa lugu yang lama tak tersentuh lelaki ini akhirnya bicara.
"Den Damar, saya pingin dirojok pake kontolnya Aden."
Mbak Murti terhenyak, "Nggak bisa Narsih, saya harus duluan! Nanti kalau kontol Damar masih bisa ngaceng, baru giliran kamu. Pokoknya nggak bisa, harus saya duluan!"

Narsih pasrah, "Yah, kalau memang begitu mah, terserah Juragan ajah."
"Damar, fuck me, now, please..! I want your cock inside my pussy."
Too good to be true. Penisku yang memang sudah semakin berat di ujungnya ini segera meluncur ke sasaran pertamanya. Sewaktu penisku mulai masuk ke dalam, dan memompa Mbak Murti, kulihat Narsih 'sibuk' sendirian bermasturbasi. Rupanya tembakanku tepat, bull's eye! Hanya sebentar aku menunggangi Juragan kuda binal ini, dia menyerah.
"Damar, aku keluar sekarang. Fuck me, fuck me. Aaa.. ah, yess!"
One down, one to go.

Kali ini aku tak boleh membedakan kedua perempuan itu, mereka harus mendapatkan apa yang diinginkannya. Perlahan aku memisahkan diri dari Mbak Murti yang sudah tak berdaya lagi, dan beringsut ke arah Narsih yang tahu bahwa sekarang gilirannya.
"Den Damar, punten, sayah pingin seperti yang di pilem itu. Dirojok sembari nungging!"
Edan, dasar janda doyan, kataku dalam hati. Pelan tapi pasti aku tak ingin mengecewakan PRT Bu De-ku yang setia ini. Ternyata goyang, gitek, geyol, dan sedotan mojang ini istimewa. Aku hampir kewalahan berjaipong dengan Narsih, ini harus ditancep seperti wayang golek di batang pisang, pikirku.

Tanpa peduli lagi, aku pindah versnelling 2.
"Adee.. een, kontol Aden enak, aduh saya kayak terbang, terus tancep Den Damar. Ampun, Aden, aduh Emak, sayah keenaa.. aakan, Ade.. een..!"
Game is not over, pikirku begitu masih berdiri di belakang Narsih dengan penis yang sangat keras dan berdenyut-denyut.
"Damar, kamu hebat!" celetuk Mbak Murti, sambil merangkak dia beringsut mendekatiku lagi.
"Narsih, kesini kamu..!" perintahnya, "Sekarang kita kerjain Damar berdua, ya. Nanti kalau maninya keluar ("mani itu pejuh, ya Juragan?" tanya Narsih polos,) kita pakai buat luluran. Maninya lelaki bisa bikin kulit kita jadi halus."

Dengan kompak mereka mulai 'bekerja'. Mbak Murti dengan telaten mengocok batang penisku, sementara Narsih dengan patuh menjilati kantong bijiku. Disinilah batasku, aku meledak sejadi-jadinya. Hampir tak mampu lagi rasanya aku berdiri selagi maniku menyemprot dengan deras, kedua perempuan itu berusaha keras untuk mencegah ada yang tercecer. Dengan sungguh-sungguh diulaskannya saripati kelelakianku ke tubuh-tubuh mereka yang molek itu.

Entah berapa jam kemudian ketika aku terbangun, Mbak Murti tak nampak lagi disitu. Tapi kulihat Narsih memandangiku tersenyum sambil membersihkan arena tempat permainan rodeo tadi. Narsih menyerahkan secarik kertas dari Mbak Narti.
You are a real Cowboy!, begitu tulisnya.
Sampai sebelum Pak De dan Bu De kembali, beberapa kali kami mengulang permainan ini. Setelah mereka pulang, bagaimana? Aku belum tahu, karena sekarang aku harus pergi menjemput mereka ke Cengkareng.

TAMAT

Aku Dan Pak Edo

Aku mengenal pak Edo, seorang duda, ketika dia bekerja di kantorku sebagai tenaga kontrak. Walaupun sudah paruh baya, dia masih nampak ganteng dengan tubuh tegapnya yang atletis. Aku tertarik dengan ketampanannya, apalagi dia sangat perhatian ke aku. Misalnya sesudah aku nikah, rambutku aku cat kepirangan, dia langsung berkomentar bahwa aku lebih cantik dengan rambut hitam. Ini yang membuat aku diam2 menyukainya, bukan sebagai teman tetapi sebagai lelaki dewasa yang berpengalaman. Karena rumahku sejalan dengan rumahnya, aku hampir setiap hari ikut mobilnya, pergi dan pulang. Dalam perjalanan pergi pulang kantor itulah, aku menceritakan problem rumah tanggaku. Setelah menikah, aku tak kunjung hamil, padahal aku sudah sangat mendambakan anak. Dia sering memberi informasi, termasuk tentang siklus datang bulanku. Dia memberi advis untuk menghitung masa suburku, sehingga pada masa subur itulah aku harus ngentot dengan suamiku setiap malam. Masalahnya suamiku itu gila kerja sehingga kalau pulang ke rumah dia sudah loyo karena pekerjaannya. Alhasil paling ngentot dilakukan paling banyak 2 kali seminggu, itu juga ketika week end. Aku suka kesal kalau pada weekend, apalagi pada masa suburku, suamiku sangat terlibat dengan pekerjaannya sehingga dia akan loyo kalau sudah diranjang. Jangan tanya mengenai kepuasan yang seharusnya menjadi hakku karena suamiku tidak tahan lama, maunya langsung masuk dan belum 5 menit sudah ngecret. Karena memang aku sangat mendambakan bisa hamil, aku tidak mempermasalahkan loyonya suamiku di ranjang, buat aku yang penting dia bisa mengecretkan pejunya di dalam memekku.

Sampailah kejadian terakhir yang membuat aku sangat sangat kecewa pada suamiku. Persis pada saat masa suburku, dia harus keluar kota untuk 2 minggu, padahal 2 hari sebelumnya dia baru pulang dari luar kota selama seminggu. Alasannya, dia harus kerja keras untuk mengumpulkan uang buat persiapan punya anak. Uang sih penting, tapi kalau anaknya gak di buat2 ya percuma saja mengumpukan uang banyak2. Aku mengeluh ke pak Edo lewat sms, jawabannya membuat aku kaget. "Kalau PMDN gak bisa coba PMA saja. Aku mau kok mbantuin kamu bikin anak". Aku terdiam karena jawaban tadi. Karena lama tidak aku jawab, masuklah smsnya lagi : "Diam itu artinya mau kan, apalagi kamu kesepian karena suami kamu keluar kota terus. Udah lah, besok pagi jam 8 kamu tunggu aku di mulut komplex kamu". SmSnya tidak ku jawab, dalam hati timbul keraguan apakah aku mau memenuhi ajakannya atau tidak, aku bingung antara mau "membalas" suamiku atau berlaku sebagai isteri yang setia. Aku tertidur dengan keraguanku. Esoknya, pagi2 sudah masuk sms dari pak Edo : "Jangan lupa ya, jam 8an aku tunggu kamu di mulut komplex. Jangan nggak datang ya". Senada dengan sms semalam aku se akan2 tidak diberi kesempatan memilih. Akhirnya karena perasaan kesal ke suami mendominasi pikiranku ditambah dengan rasa sukaku pada dia, aku memutuskan untuk memenuhi ajakannya. Ke kantor aku lapor sakit dan tidak masuk kerja.

Jam 8 aku sudah menunggu dimulut komplex dan tak lama lagi dia datang dengan mobilnya. Aku masuk mobilnya. Dia ber seri2 melihat aku pakai tank top ketat sepinggang dan celana ketat juga, sehingga dia bisa melihat lekuk liku bodyku yang proporsional dan dapat mengundang selera lelaki yang melihatnya, termasuk dia yang sudah paruh baya itu. "Wah kamu seksi sekali, sampai pusernya kelihatan". Karena tank top ku sepinggang, maka kalau aku bergerak pinggangku tersingkap dan nampaklah puserku. Aku hanya tersenyum saja : "Kita mau kemana pak?" "Ke apartment temanku ya", jawabnya. Aku hanya terdiam saja sambil membayangkan apa yang akan dilakukannya di apartment kepadaku. Aku tidak banyak bicara selama perjalanan ke apartment. Sesampainya di apartment, Dia memarkir mobilnya ke basement dan kemudian menggandeng aku ke lift. Di dalam lift aku di peluknya. Aku merasa hangat dalam pelukannya, beda sekali dengan suamiku yang dingin sifatnya. "Bapak sering ya ke apartment ini, suka bawa abg ya pak", tanyaku sambil tersenyum. "Suka juga", jawabnya. Tanpa bisa kucegah, padahal dia bukan apa2ku, mendengar jawabannya aku merasa cemburu dengan cewek2 abg yang suka dibawanya ke apartment itu.

Di apartment, kita duduk di sofa, dia mengambilkan minuman dan menyalakan TV. Kami tak banyak bicara karena perhatian tertuju ke tv, tapi aku berdebar2 menunggu apa yang akan terjadi. Akhirnya dia pindah duduk di sampingku, menghadapkan tubuhnya ke arahku dan meletakkan tangan kanannya di atas perutku sambil memasukkan telunjuknya ke puserku yang tersingkap. "Yang, kamu sudah tahu maksudku kan?" katanya lirih di telingaku. Merinding aku mendengarnya memanggil aku yang, dan aku hanya mengangguk. "Ya pak, Sinta tahu, bapak ,,," belum selesai aku menjawab, kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku. Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan lembut. Ternyata dicium pria bibir tebal nikmat sekali, aku bisa mengulum bibirnya lebih kuat dan ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sensasi nikmat yang belum pernah kudapat dari suamiku. Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya menyelusup kedalam tank topku dan meremas lembut toketku yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan.

Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tank topku, leherku dikecup, dijilat kadang digigit lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Kemudian tangannya menjalar ke punggungku dan melepas kaitan bra ku sehingga toketku bebas dari penutup. Bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. Memekku yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu dilakukannya sampai akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celana ku dan menarik celanaku ke bawah, Tinggalah CD miniku ku yang tipis yang memperlihatkan jembutku yang lebat, saking lebatnya jembutku muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu. Jembutku lebih terlihat jelas karena CD ku sudah basah karena cairan memekku yang sudah banjir. Dibelainya celah memekku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku karena ketika dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah memekku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya. Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus tubuhku yang terakhir. Telanjanglah aku dihadapan laki2 yang bukan suamiku untuk pertama kalinya, tapi napsuku sudah membutakan nalarku dan aku sudah lupa dengan cewek2 abg yang pernah dibawanya ke apartment itu, tentunya untuk dientot juga.

Jarinya mulai sengaja memainkan itil-ku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam memekku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutku yang lebat dan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibir Dia, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar benar mahir memainkan memekku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya yang mulai menampakkan ubannya dibalik cat rambut yang mulai memudar, untuk pertama kalinya aku merasakan nikmatnya nyampe setelah setahun menikah, hanya dengan bibir dan lidahnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat.

"Pak, Sinta sudah pengen dientot." kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar. Dia pun bangkit, mengangkat badanku yang sudah lemes dan dibawanya ke kamar. Di kamar, aku dibaringkan di tempat tidur ukuran besar dan dia mulai membuka bajunya, kemudian celananya. Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDnya, gak kebayang ada kontol sebesar punya pak Edo, soalnya kontol yang biasa aku lihat ya kontol suamiku. Kemudian dia juga melepas CD nya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. Kontolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Kontol suamiku yang buat aku rasanya besar, enggak ada apa2nya dibandingkan kontolnya yang menurut aku extra large, aku merinding apakah muat kontol segitu besarnya di memekku yang biasanya cuma kemasukan kontol yang jauh lebih kecil. Dan saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu masuknya kontol extra gede itu. Aku pejamkan mata. Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Terdesak kontol besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki kontolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kontolnya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kontol itu menyentuh bagian dalam memekku, maka secara refleks kurapatkan pahaku, tapi betapa aku terkejut. Ternyata sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang mulai dienjotkan halus dan pelan. Mungkin dia menyadarinya, supaya aku tidak kesakitan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat. Dengan tusukan kontolnya yang agak kuat dan dipepetnya itil-ku dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah kualami. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. "Paaak, Sinta nyampe paak", Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan.

Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat. Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan kontolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus mengenjotkan kontolnya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam memekku, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi memekku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.

"Yang, kamu luar biasa, memekmu peret dan nikmat sekali, mudahan saja pejuku bisa membuat kamu hamil" pujinya sambil membelai dadaku.
"Bapak juga hebat. Bisa membuat Sinta nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Sinta bisa nyampe dan merasakan kontol raksasa. Hihi.."
"Oo gitu ya yang, mungkin karena kamu selama ini gak pernah nyampe yang juga membuat kamu susah hamil. Kalo perempuan nyampe ketika dientot biasanya membantu supaya cepat hamil. Jadi kamu suka dengan kontolku?" godanya sambil menggerakkan kontolnya dan membelai belai wajahku.
"Ya pak, kontol Bapak nikmat, besar, panjang dan keras banget" jawabku jujur.

Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Tidak heran banyak cewek2 yang jatuh kepelukannya dan mau dientot. Dia tidak langsung mencabut kontolnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari kontolnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan memekku mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kontol yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dia kemudian memutar lagu classic sehingga tertidurlah aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.
Menjelang siang, aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal memekku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam memekku. Dalam bathtub yang berisi air hangat, aku duduk di atas pahanya. Dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku. Sesekali aku menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu dan dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku yang terendam air hangat tersenggol2 kontolnya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. Kontolnya pun mulai ngaceng ketika menyentuh memekku. Terasa bibir luar memekku bergesekan dengan kontolnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan memekku.

"Bapak nakal!" desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku.

Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari memekku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir memekku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh menyusur hingga akhirnya kurasakan lipatan bibir luar memekku diusap-usap. Dia berulang kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. "Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihku berulang kali. Lalu aku bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di memekku. Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah. Dengan cepat dia pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya kembali cairan sabun ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan. Lalu dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. "Pak, lama amat menyabuninya" rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kontolnya semakin keras dan besar. Hal itu dapat kurasakan karena kontolnya makin dalam terselip di pantatku. Tangan kiriku segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal pahaku. Sesaat dia mengusap usap jembut lebatku, lalu mengusap memekku berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar memekku. Dia mengusap berulang kali. Itilku pun menjadi sasaran usapannya. "Aarrgghh..!" rintihku ketika merasakan kontolnya makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri memekku. Aku jongkok agar memekku terendam ke dalam air. Kubersihkan celah diantara bibir memekku dengan mengusapkan 2 jariku.

Ketika menengadah kulihat kontolnya telah berada persis didepanku. Kontolnya telah ngaceng berat. "Pak, kuat banget sih bapak, baru aja ngecret di memek Sinta sekarang sudah ngaceng lagi", kataku sambil meremas kontolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kontolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kontolnya, hal ini belum pernah kulakukan terhadap suamiku. Dia meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya. Setelah berdiri, kaki kiriku diangkat dan letakkan di pinggir bath tub. Aku dibuatnya menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala kontolnya ke celah di antara bibir memekku. "Argh, aarrgghh..,!" rintihku. Dia menarik kontolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar memekku ikut terdorong bersama kontolnya. Perlahan-lahan menarik kembali kontolnya sambil berkata "Enak yang?" ""Enaak banget pak", jawabku!" Dia menenjotkan kontolnya dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. "Aarrgghh..!" rintihku ketika kurasakan kontolnya kembali menghunjam memekku. Aku terpaksa berjinjit karena kontol itu terasa seolah membelah memekku karena besarnya. Terasa memekku sesek kemasukan kontol besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar 'cepak-cepak' setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. "Aarrgghh.., aarrgghh..!Pak.., Sinta nyampe..!" Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.Rupanya dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. "Aarrgghh.., Yang", kata nya sambil menghunjamkan kontolnya sedalam-dalamnya. "Pak.., sstt, sstt.." kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan pejunya dimemekku. "Aarrgghh.., Yang, enaknya!" bisiknya ditelingaku. "Pak.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dientot Bapak", jawabku karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kontolnya masih nancep dimemekku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kontolnya yang masih menancap di memekku. Kemudian Dia membimbingku ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi.

Setelah selesai dia keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Ternyata Dia sudah menyiapkan makan siang berupa sandwich dan kentang goreng yang dibelinya tadi pagi lengkap dengan soft drink dingin di meja dekat sofa. Aku dipersilakan minum dan makan sambil mengobrol, makan siang dan diiringi lagu lembut. Setelah aku makan, dia lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas-remas lembut toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit. Aku bersimpuh di depannya dan ternyata kontolnya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kontolnya sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu ku raih, ku belai dan kulupnya kututupkan lagi. Aku suka melihatnya an sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum kontolnya. Aku memainkan kulup kontol yang tebal dengan lidahku. Kutarik kulup ke ujung, membuat kepala kontolnya tertutup kulupnya dan segera kukulum, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselipkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala kontolnya. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kontolnya makin membengkak dan dia mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh. "Pak hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk pak", kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Dia menghidupkan lampu sorot di atas tempat tidur. Sebenarnya aku agak malu, tapi sudahlah, paling dia juga ingin melihat dengan jelas memekku. Dan ternyata benar, kakiku ditahannya sambil tersenyum, diteruskan dengan membuka kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. "Aku suka melihat memek kamu yang" ujarnya sambil membelai bulu jembutku yang lebat. "Mengapa?" "Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dientot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya". Aku merasakan dia terus membelai jembutku dan bibir memekku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka memekku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir memekku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari memekku. Dia terus memainkan memekku seolah tak puas-puas memperhatikan memekku, kadang kadang disentuh sedikit itil-ku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang memekku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk memekku, dan saat dihisapnya itil-ku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung itil-ku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak.. "Aauuhh!!". Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. "Ayo dong pak, Sinta pingin dientot lagi" ujarku sambil menarik bantal.

Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kontol gedenya ke arah memekku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kontolnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir memekku. Kembali aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala kontolnya telah menyentuh di antara bibir memekku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala kontolnya mulai menyelinap di antara bibir memekku dan menyelusup lubang memekku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya kontolnya tidak terlalu masuk ke dalam. Dia langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa sekali kontolnya menekan dinding memekku. Kontolnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak. Tak tahan aku berteriak, terus Dia menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan.

Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngentot dengan dia, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam ngentot, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara, atau memang aku yang kurang pengalaman dalam ngentot di tempat tidur, sebab memang suamiku belum pernah memberikan kenikmatan seperti sekarang ini ketika mengentoti aku. Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan kontolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya yang berbulu merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai pentilku. Dan kontolnya dipompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Dia makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kontolnya makin cepat. Gesekan di dinding memekku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kontolnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di itil-ku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba dia dengan cepat mengenjot lagi. Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuhnya.

Dengan sisa tenagaku aku keluarkan kontolnya dari memekku. Dan kuraih batang kontolnya. Tanpa pikir panjang, kontol yang masih berlumuran cairan memekku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atasnya lagi dengan posisi terbalik. Kembali memekku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kontolnya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya itil-ku sambil ujung lidahnya menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir memekku merapat ke bibirnya. Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat kontolnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme. "Yang, aku mau ngecret yang, di dalam memekmu ya", katanya sambil menelentangkan aku. "Ya,pak", jawabku. Dia menaiki aku dan dengan satu hentakan keras, kontolnya yang besar sudah kembali menyesaki memekku. Dia langsung mengenjot kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhnyapun mengejang. Pantat kuhentakkan ke atas dengan kuat sehingga kontolnya nancap semuanya ke dalam memekku dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya keluar banyak, memang luar biasa stamina pak Edo. Dia menelungkup diatasku sambil memelukku erat2. "Yang, nikmat sekali ngentot sama kamu, memek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kontolku", bisiknya di telingaku. "Ya pak, Sinta juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman memek Sinta terasa kuat karena kontol bapak kan gede banget. Rasanya sesek deh memek Sinta kalau bapak neken kontolnya masuk semua. Kalau ada kesempatan, Sinta dientot lagi ya pak", jawabku. "Ya sayang", lalu bibirku diciumnya dengan mesra.

Itulah pengalaman pertamaku dientot pak Edo.

Sensual Massage - South East Asia