Senin, Februari 02, 2009

Aku, Mbak Linda Dan Suaminya - 2



Dari bagian 1

Keesokan harinya aku pulang ke rumah. Sesampainya aku dirumah aku melanjutkan tidurku sampai siang hari. Setelah bangun tidur aku langsung makan siang dan membersihkan rumahku. Tak lama aku mendapat telepon lagi. Rupanya Mbak Linda lagi yang meneleponku.
"Hai Andrie.. Gimana kemarin rame nggak dirumah Yuni?" kata Mbak Linda memulai pembicaraan.
"Iya.. Mbak aku capek sekali nih.." jawabku.
"Memangnya ada apa Mbak menyuruhku datang kesana?" tanyaku.

"Begini Andrie.. suami Mbak Mas Hadi ingin bertemu denganmu. Kamu dulu udah Mbak kenalkan dengan Mas Hadi kan?" jawab Mbak Linda.
"Tapi ada masalah apa Mbak?" tanyaku penasaran.
"Mbak juga tidak tahu.. karena itu kamu nanti sore datang ke sini ya?" jawabnya.
"Iya deh Mbak nanti sore aku kesana." jawabku dan akhirnya kami menutup telepon.

Dalam hati aku penasaran, "Ada apa kok Mas Hadi suaminya Mbak Linda tiba-tiba ingin bertemu denganku? Apa mungkin dia tahu kalau aku sudah meniduri isterinya?"
Aku hanya menerka-nerka saja tapi aku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Akhirnya aku memutuskan kalau toh nanti Mas Hadi tahu aku telah meniduri isterinya dan marah kepadaku aku siap menerima resikonya.
"Paling-paling dia hanya memaki-maki dan memukul aku saja" kataku dalam hati.

Sore harinya aku berangkat kerumah Mbak Linda sendirian. Sesampainya disana ternyata Mbak Linda dan suaminya Mas Hadi sudah menungguku di ruang tamu. Mas Hadi umurnya kurang lebih 30 tahun.
"Hai Andrie.. ayo masuk" kata Mbak Linda mempersilahkan aku masuk kerumahnya.
Sementara Mbak Linda keluar dan mengunci pintu pagar dan kemudian juga mengunci pintu rumahnya dari dalam. Dia juga menutup dan mengunci jendela. Dan terakhir Mbak Linda menyalakan AC dan menghidupkan lampu ruang depan sehingga rumahnya menjadi terang. Aku tidak tahu apa maksudnya seperti itu. Bukankah aku aku masih dirumahnya?Tapi aku bersikap tenang seperti tidak ada apa-apa. Akhirnya Mbak Linda duduk disamping Mas Hadi.

"Mbak linda dan Mas hadi cuma berdua saja dirumah?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Iya pembantu Mbak pulang kampung, jadi tinggal kami berdua saja dirumah." jawab Mbak Linda.
Setelah itu kami pun berbincang-bincang tentang berbagai hal. Tapi anehnya Mas Hadi sedikit sekali bicaranya. Dia terus saja memperhatikan aku dari ujung rambut hingga kekaki. Aku menjadi salah tingkah di pelototin begitu.
"Ada apa Mbak memanggil saya kemari? katanya ada hal penting. Bisa di jelaskan Mbak?" tanyaku.
"Begini Andrie.. Mas Hadi yang ingin bicara denganmu. Silahkan Mas katanya mau bicara dengan Andrie. Tuh dia udah datang." kata Mbak Linda dengan kepala menunduk.

Aku merasa heran dengan sikap Mbak Linda yang tiba-tiba berubah. Mas Hadi hanya mendehem saja
"Hem.. aku mau bertanya padamu Andrie. Kuharap kamu menjawabnya dengan jujur dan jantan." kata Mas Hadi memulai pembicaraan.
Tiba-tiba aku merasa grogi juga. Jangan-jangan dia sudah tahu kalau aku sudah meniduri isterinya kataku dalam hati. Tapi sebelum berangkat kesini tadi aku sudah memutuskan menerima resiko apapun juga. Jadi aku tidak takut, toh memang aku yang salah. Aku memberanikan diriku.
"Ya Mas, Mas mau bertanya apa? semuanya akan kujawab." kataku.

"Aku bertanya, apa benar kamu sudah tidur dengan isteriku Linda?" kata Mas Hadi dengan suara yang tegas dan keras.
Walaupun aku sudah mengira dia akan menanyakan itu, tapi tetap saja aku menjadi gugup. Tapi walaupun gugup aku harus menjelaskan apa adanya dan semuanya, tekadku dalam hati.
"Iya Mas.. karena itu saya minta maaf sama Mas. Kalau Mas jadi marah saya siap menerima hukuman apapun dari Mas." jawabku dengan suara pelan.

"Sudah berapa kali kamu tidur dengannya?" tanya Mas Hadi lagi.
"Sudah tidak terhitung lagi Mas.. sering." jawabku dengan kepala yang menunduk.
Diam-diam aku melirik kearah Mbak Linda dan dia juga hanya menunduk saja. Aku jadi semakin ketakutan. Dalam hati aku berpikir jangan-jangan Mas Hadi akan membunuhku. Lama kami terdiam.
"Apa kamu merasa bersalah melakukan itu Andrie..?" tanya Mas Hadi lagi.
"Iya Mas.. saya merasa bersalah pada Mas." jawabku.
"Terus sekarang apa kamu merasa takut?" tanya Mas Hadi lagi.
"Iya.. Mas.." jawabku dengan suara semakin pelan.

Tiba-tiba hal yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba Mas Hadi tertawa.
"Ha.. ha.. ha.. Andrie.. Andrie.. kamu jadi ketakutan seperti itu jadi kelihatan lucu.. ha.. ha.. ha.." kata Mas Hadi terbahak-bahak.
Aku jadi kebingungan dengan situasi yang jadi berubah seperti itu. Aku melihat Mbak Linda. Ternyata sama saja, dia ikut tertawa seperti suaminya. Lama mereka tertawa berdua. Aku jadi makin tidak mengerti.
"Ada apa Mas kok malah tertawa..?" tanyaku dengan nada heran.
Mereka malah makin keras tertawanya. Akhirnya aku biarkan saja mereka tertawa dengan wajah kebingungan.

Setelah agak lama barulah Mas Hadi dan Mbak Linda berhenti tertawa.
"Begini Andrie.. kamu jangan ketakutan seperti itu. Aku sebenarnya tidak marah. Tapi hanya ingin lihat reaksimu saja." kata Mas Hadi.
Tentu saja aku jadi heran.
"Aku akan marah sekali kalau kamu tadi berbohong. Ternyata kamu tidak berbohong. Aku anggap kamu cukup jantan untuk mengakui semua perbuatanmu. Karena itu aku tidak marah." jawab Mas Hadi sambil tersenyum.
"Benar Mas Hadi tidak marah?" tanyaku untuk meyakinkan diriku.
Mas Hadi hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Akhirnya aku menarik nafas lega. Mbak Linda hanya tersenyum saja melihatku. Aku juga mulai tersenyum.
"Terus selanjutnya apa Mas?" tanyaku penasaran.
"Begini Andrie, Mbak Lindamu ini sebenarnya nafsu seksnya tinggi. Aku sendiri jarang sekali bisa memuaskan nafsu seksnya itu. Karena itu dia biasa menggunakan alat ini."jawab Mas Hadi terus terang sambil memperlihatkan semacam alat kontol-kontolan plastik kepadaku.
"Tapi belakangan ini aku lihat dia sudah jarang menggunakan alat ini dan ini yang membuatku jadi penasaran. Akhirnya dia kutanyai terus dan diapun mengaku kalau dia sudah tidak menggunakan alat ini." kata Mas Hadi lagi.

"Dia juga sudah mengaku kalau dia sudah sering tidur denganmu." kata Mas hadi menjelaskan.
"Jadi sebenarnya aku senang dia sudah tidak menggunakan alat ini, karena bagiku alat ini bisa merusak vaginanya sendiri. Jadi kesimpulannya kamu kuperbolehkan tidur dengan Linda selagi dia mau. OK?" kata Mas Hadi sambil tersenyum.
"Kamu bebas berbuat apa saja dengannya walaupun di dekatku. Aku ingin lihat dia dipuaskan oleh orang beneran bukan dengan mainan seperti ini." kata Mas Hadi sambil melemparkan kontol-kontolan itu ke tempat sampah.

"Tapi satu hal Andrie, kamu boleh main dengan wanita manapun tapi tidak boleh dengan wanita WTS. Sekali saja kamu melanggarnya kamu tidak boleh lagi mendekati Linda. Kamu mengerti?" kata Mas Hadi lagi.
"Iya Mas, saya mengerti. Saya berjanji tidak akan main dengan WTS." jawabku.
Mas Hadi dan Mbak Linda tersenyum.
"Nah sekarang kamu sudah welcome disini. Kamu bebas masuk dan melakukan apa saja disini. Tapi suatu waktu nanti aku juga ingin meniduri pacarmu si Yuni. OK?" kata Mas Hadi lagi.
"Ya Mas terserah Mas saja." jawabku. Aku benar-benar merasa lega dan tenang. Kemudian aku memperhatikan Mbak Linda.

Mbak Linda hanya tersenyum kepadaku. Aku jadi ingat dengan perkataan Mas Hadi barusan. Aku sudah diberi kesempatan sebebas-bebasnya dengan isterinya walaupun dia ada disini. Perlahan-lahan kontolku mulai berdiri. Lalu aku mendekat kearah Mbak Linda dan duduk disampingnya. Mbak Lindapun duduk merapat ke arahku. Sementara Mas Hadi hanya tersenyum memandangi kami. Aku langsung saja mencium bibir Mbak Linda dihadapan suaminya sendiri. Mbak Lindapun membalas ciumanku. Lalu aku membuka baju kaos yang dipakai Mbak Linda hingga dia hanya memakai BH saja.

BH itupun langsung kucopot didepan Mas Hadi. Maka terpampanglah di hadapanku payudara Mbak Linda yang putih, montok dengan puting payudara yang berwarna merah muda. Aku langsung menciumi payudaranya dan bergantian kiri kanan. Aku menghisap payudara Mbak Linda dengan sangat bernafsu. Mbak Linda hanya merintih-rintih saja. Sementara Mas Hadi masih saja melihati kami. Kemudian Mbak Linda membuka resleting celanaku dan mengeluarkan kontolku yang sudah mulai tegang. Aku membiarkan saja Mbak Linda membuka celanaku dihadapan suaminya. Kontolku masih belum begitu tegang tapi kelihatan sekali besarnya.
"Wowww.. Andrie.. kontolmu mulai tegang ya.." kata Mbak Linda sambil membiarkan tanganku bermain di payudaranya yang putih dan montok.
Kemudian dia mendekatkan mulutnya kekontolku dan menghisapnya dalam-dalam.

"Ahh.. enak sekali Mbak " kataku dengan mendesah.
Mbak Linda masih terus mengulum kontolku dan tangankupun tidak berhenti meremas-remas payudaranya. Mas Hadi hanya membiarkan kami main berdua. Mbak Linda masih terus menghisap-hisap kontolku dengan sangat bernafsu. Akupun masih terus menikmatinya. Dan tidak lama kemudian aku merasakan sudah mau keluar. Memang Mbak Linda sangat ahli dalam menghisap-isap kontolku, sehingga aku jadi merasa cepat keluar. Kontolku makin lama makin tegang dan membesar.
Mbak Linda sangat senang sekali melihatnya. Dan tidak lama kemudian
"Ahh.. Mbak aku sudah mau keluar.." kataku.
"Keluarkan saja dimulutku Andrie.." kata Mbak Linda sambil mengeluarkan kontolku dari mulutnya kemudian memasukkannya kembali dan menghisapnya. Dan benar saja akupun keluar.

Kupegang kepala Mbak Linda dan memuntahkan cairan spermaku kedalam mulutnya. Mbak Lindapun membiarkan saja aku menumpahlkan maniku dimulutnya. Akhirnya Mbak Linda melepaskan kontolku dari
mulutnya dengan sperma yang menetes dibibirnya. Dia menjilat sisa sperma yang menetes dibibirnya kemudian menelan semuanya.
Kemudian dia kembali mengulum-ngulum kontolku dan membersihkan sisa sperma yang menempel dikontolku. Aku hanya menarik nafas panjang dengan mata terpejam.
"Ahh.. enak sekali.. Mbak" kataku.
Sementara Mbak Linda juga duduk menyandarkan dirinya dipangkuanku dan membiarkan payudaranya terbuka lebar. Aku juga membiarkan kontolku terbuka dihadapan Mas Hadi. Lama kami terdiam dengan nafas yang masih terengah-engah.

Kemudian Mas Hadi berkata,
"Gimana Andrie..?enak?" katanya sambil tersenyum padaku.
"Iya Mas.. sedotan Mbak Linda sungguh sangat enak sekali.." jawabku.
Mbak Linda hanya memegangi kontolku dan sesekali meremas-remasnya. Kemudian Mas Hadi berkata,
"Andrie aku minta tolong padamu ya.. kamu bisa pakai handycam?"
"Bisa Mas, memangnya untuk apa?" tanyaku.
Mas Hadi tidak menjawab pertanyaanku malah dia berkata, "Linda, sekarang kamu pakai lagi bajumu yang rapi dan kamu Andrie, pakai lagi celanamu."

Mbak Linda menurut saja, sementara Mas Hadi berjalan menuju lemari yang diruang tengah dan mengambil handycam dari dalam lemari. Kemudian Mas Hadi kembali keruang tamu. Aku juga sudah mengancingkan celanaku .
"Ayo kita kekamar. Linda bawa si Andrie kekamar." kata Mas Hadi sambil berjalan menuju kamar tidur.
Mbak linda juga berjalan kekamar sambil menarik tanganku. Aku menurut saja.
Sesampainya dikamar, Mas Hadi menghidupkan lampu kamar hingga kamarpun jadi terang benderang.
"Begini Andrie, aku minta kamu merekam aku lagi main dengan Linda. Kamu harus bisa mengambil gambarnya dari tempat-tempat yang bagus. OK?" kata Mas hadi menjelaskan.
Aku hanya mengangguk saja. Aku mengerti dengan tujuan Mas Hadi dengan handycam tersebut.
"Gimana Linda kamu udah siap?" tanya Mas Hadi.
Mbak Linda hanya mengangguk saja.

"Kamu Andrie sudah siap?" tanya Mas Hadi lagi.
Aku juga mengangguk saja. Kemudian Mas Hadi menarik tangan Mbak Linda ke tempat tidur.
"Sekarang Andrie." kata Mas Hadi memberi perintah padaku.
Aku langsung menghidupkan handycam dan menyorot mereka berdua. Mas Hadi langsung mencium bibir Mbak Linda dengan bernafsu. Mbak Linda juga membalasnya. Sementara tangan Mas Hadi meremas-remas payudara Mbak Linda dan perlahan-lahan dia melepaskan pakaian yang dipakai Mbak Linda. Hingga akhirnya Mbak Linda hanya pakai BH saja dan itupun langsung dicopot oleh Mas Hadi. Mas Hadi terus menciumi leher Mbak Linda yang putih mulus.

Mbak Linda memang mempunyai tubuh yang sangat seksi. Siapapun pasti akan tergiur melihat tubuh Mbak Linda. Aku merasa bersyukur Mas Hadi mau isterinya kutiduri, walaupun imbalannya nanti dia akan meniduri pacarku si Yuni dihadapanku. Ya.. nggak apa-apa lah kataku dalam hati. Ini pengalaman yang mengasyikkan bagiku kataku lagi. Mas Hadi masih terus meremas-remas payudara Mbak Linda. Kemudian dia mulai menciumui payudara Mbak Linda kiri dan kanan. Aku terus merekam apa yang mereka lakukan. Kadang-kadang aku merekam sambil mendekati mereka. Tapi mereka tidak peduli dengan yang aku lakukan.

Mas Hadi masih terus menciumi payudara Mbak Linda dan menghisap-hisap puting payudaranya. Mbak Linda hanya mendesah-desah saja. Kemudian Mas Hadi mulai mencopot rok yang dipakai Mbak Linda, hingga dia hanya pakai celana dalam saja. CD Mbak Linda itupun juga copot, hingga Mbak Linda benar-benar bugil. Mas Hadi merebahkan tubuh Mbak Linda di tempat tidur dan menciumi paha Mbak Linda yang putih mulus. Aku mengarahkan kameraku menyusuri tubuh Mbak Linda yang sangat indah, terutama dibagian vaginanya yang sepertinya habis dicukur. Lama aku menyoroti vagina Mbak Linda. Mas Hadi membuka vagina Mbak Linda dan memberi isyarat supaya aku menyorot memek Mbak Linda. Aku mengerti dengan apa yang aku kerjakan.

Kemudian Mas Hadi mulai menjilat-jilat memek Mbak Linda dengan sangat bernafsu. Mbak Linda hanya merintih-rintih saja. Lama Mas Hadi menjilati memek Mbak Linda. Akhirnya Mbak Linda bangun dan mulai membuka pakaian Mas Hadi. Hingga Mas Hadi juga berada dalam keadaan bugil. Ternyata kontol Mas Hadi jauh lebih kecil dari punyaku. Aku masih terus asyik merekam mereka. Kemudian Mbak Linda menciumi kontol Mas Hadi dan memasukkannya kedalam mulutnya. Memang kontol Mas Hadi sangat kecil, walaupun tegang tetap saja kecil. Pantas saja Mbak Linda tidak pernah merasa puas kalau main dengan Mas Hadi. Mbak Linda masih terus menghisap kontol Mas Hadi. Mas Hadi hanya merem melek saja matanya.

Mbak Linda masih terus asyik mengulum dan menghisap kontol Mas Hadi. Tak lama Mas Hadi kembali merebahkan Mbak Linda dan menyuruhnya supaya telentang. Kemudian Mas Hadi menyuruhku mendekat. Perlahan-lahan Mas Hadi mulai memasukkan kontolnya yang sudah tegang ke memek Mbak Linda. Mbak Linda hanya merintih dan makin mengangkangkan kakinya. Akhirnya kontol Mas Hadi masuk kedalam memek Mbak Linda. Dan dia mulai menaik turunkan pantatnya. Mbak Linda juga mengimbangi gerakan Mas Hadi dari bawah. Makin lama gerakan pantat Mas Hadi makin cepat. Dan rintihan Mbak Lindapun juga makin keras terdengar. Akhirnya tubuh Mas Hadi menegang dan dia membenamkan kontolnya dalam-dalam kedalam memek Mbak Linda.
"Ahh.. enaknya.."kata Mas Hadi.
Sementara Mbak Linda hanya mendesah saja. Tapi sepertinya Mbak Linda masih lama untuk keluar.

Kemudian Mas hadi berkata, "Sekarang giliranmu Andrie, sini biar aku yang merekam." katanya sambil mencabut kontolnya dari memek Mbak Linda.
Aku lalu menyerahkan handycam pada Mas Hadi dan mendekati Mbak Linda. Mas Hadi mulai merekam yang aku perbuat. Aku langsung saja menindih tubuh Mbak Linda yang putih molek. Mbak Lindapun membuka tangannya dan memelukku. Aku langsung menciumi bibir Mbak Linda. Mbak Linda juga membalas ciumanku. Lama kami berciuman. Sementara Mas Hadi masih asyik merekam aku dan isterinya yang sedang bergumul. Aku masih terus menciumi bibir Mbak Linda. Kemudian ciumanku kuarahkan kelehernya yang putih. Mbak Linda menggelinjang dengan manjanya. Aku terus menciumi lehernya dan kemudian turun ke payudaranya.

Ke bagian 3

Aku, Mbak Linda Dan Suaminya - 1


Pagi hari itu aku di aku di telepon Mbak Linda. Aku disuruh datang kerumahnya. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Aku langsung menyanggupinya. Tapi aku bilang kalau aku hanya bisa datang besok sore hari, karena aku sudah ada janji dengan adiknya si Yuni pada hari ini. Mbak Lindapun setuju dengan usulku itu. Aku lalu berangkat ke rumah Yuni. Sesampainya aku di rumah Yuni, aku langsung saja masuk kedalam rumah karena aku sudah terbiasa dengan keluarganya. Sesampainya aku di dalam rumah, aku tidak mendapati siapa-siapa. Aku langsung saja duduk di ruang tamu.

Tapi aku mendengar ada orang yang sedang mandi. Aku tidak tahu siapa yang sedang mandi itu, jadi aku hanya menunggu saja. Tidak berapa lama aku menunggu tiba-tiba Yuni dan ibunya muncul dari pintu depan.

"Hai Andrie, udah lama kamu datang?" sapa ibu nya Yuni yang biasa kupanggil Tante Siska.
"Iya tante barusan aku datang nih.. Tante dan Yuni darimana?" aku balik bertanya.
"Kami dari mall Andrie.. Capek sekali nih" jawab si Yuni duduk dekat ibu tirinya itu.
"O ya tadi aku mendengar ada orang yang sedang mandi.. siapa ya?" tanyaku.
"O.. pasti Mbak Shinta Andrie.." jawab Yuni lagi.

Tak lama kami pun terdiam. Cukup lama kami terdiam. Diam-diam aku memperhatikan mereka berdua. Yuni dan ibunya hanya tersenyum saja aku perhatikan seperti itu. Aku jadi mulai bernafsu memandangi mereka berdua. Aku lalu mendekati mereka. Setelah berdiri dekat mereka, aku langsung membuka celanaku dan
mengeluarkan kontolku yang sudah mulai tegang.

"Ah.. Andrie, kamu sudah kepingin lagi ya..?" kata tante Siska dengan genitnya.
"Iya tante.. kita mulai lagi yuk.." kataku sambil meremas payudara tante Siska dari balik pakaiannya.
Sementara kepala Yuni kudorong supaya dia memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Aku dan keluarga Yuni memang sudah terbiasa melakukan seks bersama2. Karenanya aku langsungsaja memulainya. Yuni langsung mengulum kontolku dengan sangat bernafsu. Aku sangat senang sekali melihat dia mengulum dan menghisapkontolku. Sementara tanganku terus meremas-remas payudara tante Siska dan mulai membuka pakaiannya. Akhirnya tante Siska hanya memakai celana roknya saja.

Tanganku terus meremas-remas payudara tante Siska sementara Yuni sibuk menghisap kontolku. Kemudian kepala Yuni kutarik perlahan dan gantian tante Siska yang memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Sungguh sangat enak sekali. Aku juga mulai melepaskan pakaian yang dikenakan Yuni sambil meremas-remas payudaranya kiri dan kanan. Akhirnya Yuni juga hanya mengenakan rok nya saja, tanpa baju. Mereka berdua asyik menghisap kontolku dengan sangat bernafsu dan bergantian dan mereka hanya hanya memakai pakaian bawahnya saja. Tanganku juga meremas-remas payudara mereka bergantian. Agak lama juga mereka menghisap kontolku hingga warnanya kemerahan.

"Tuh Shinta sudah selesai mandi Andrie.." kata ibu si Yuni.
Aku melihat Shinta keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Nampak jelas keindahan tubuh Shinta yang dililit handuk itu.
"Hai Andrie sudah lama datangnya?" tanya Shinta dengan riang padaku dan agak kaget dengan yang kami lakukan.
"Ohh.. kalian udah mulai duluan ya?" katanya sedikit kaget.
"Iya Mbak" jawabku sambil tersenyum.
Melihat pemandangan yang ada didepanku itu, aku jadi semakin bernafsu. Aku langsung menghampiri Shinta dengan kontol yang tegang dan mengacung kearahnya. Yuni dan Tante Siska hanya tersenyum saja melihatku.

Sementara Mbak Shinta hanya berdiri saja melihatku mendekatinya. Aku langsung menarik tangannya ke sofa di ruang tamu disamping Yuni dan ibunya duduk. Sesampainya di sofa aku melepaskan handuk yang melilit tubuhnya yang putih mulus hingga tubuhnya yang putih tinggi semampai itupun polos bugil menampakkan keindahannya. Sementara kontolku berdiri tegak dengan warna yang kemerahan. Shinta hanya menjerit kecil dan tertawa saja. Dia membiarkan aku melepaskan handuk yang dipakainya. Aku langsung memeluk tubuhnya yang wangi. Aku segera menciumi payudaranya sambil memeluk tubuhnya dengan berdiri. Aku menghisap payudaranya kiri dan kanan.

Shinta hanya mendesah saja. Sementara itu Yuni dan ibunya hanya memperhatikan saja dengan nafas yang mulai tidak teratur. Yuni dan ibunya hanya memakai pakaian bawah saja. Sementara tangan Shinta mulai melepaskan bajuku, hingga aku juga telanjang bulat. Aku masih asyik menghisap payudara Shinta kiri kanan dan ciumanku berlanjut kebawah. Aku berjongkok. Aku mengangkat kaki kanan Shinta ke pinggir sofa. Aku menjilati vaginanya. Sungguh enak vagina Shinta kalau dijilat. Sementara kontolkupun sudah semakin tegang dan membesar dan makin panjang. Aku masih terus menjilati vagina Shinta dengan sangat bernafsu.

Shinta masih saja merintih-rintih. Aku makin semangat mendengar rintihan Shinta. Tak lama Shinta menarikku keatas. Dan dia pun berjongkok. Lalu dia langsung memasukkan kontolku kedalam mulutnya. Shinta menghisap penisku dalam-dalam dan menghisapnya dengan sangat bernafsu. Sementara Yuni dan ibunya makin semangat menonton kami. Mereka melihat sambil mendekati kami. Shinta masih terus menghisap kontolku dengan sangat bernafsu. Aku sangat senang melihat Shinta seperti itu.

Agak lama aku membiarkan Shinta memasukkan dan mengeluarkan kontolku kedalam mulutnya. Akhirnya akupun tidak tahan lagi. Aku segera menarik Shinta dan membaringkannya ke sofa, tepat disamping Yuni. Aku lalu membuka paha Shinta dan mulai memasukkan kontolku kedalam vaginanya. Shinta menjerit tertahan begitu kontolku masuk menerobos kedalam memeknya.

Ahh.. sungguh sangat enak sekali. Begitu kontolku masuk, langsung memek Shinta memijit-mijit kontolku. aku langsung memasukkan dan mengeluarkan kontolku kedalam memeknya. Shinta hanya menjerit kecil dan mendesah saja. Aku langsung menggenjot dan mulai mempercepat gerakan pinggulku. Shinta hanya makin keras desahannya. Akupun semakin bersemangat aja. Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku. Dan tak lama aku merasakan kontolku jadi hangat. Rupanya Shinta sudah keluar. Tapi aku kayaknya masih lama untuk keluar. Kulihat Shinta nampak terengah-engah.

Aku langsung menghampiri ibu si Yuni yaitu tante Siska. Aku langsung meremas payudara tante Siska yang putih dan montok. Aku langsung menciumi payudara tante Siska dan membuka BH nya. Aku menghisap payudara tante Siska bergantian. Tante Siska hanya mendesah saja aku perlakukan begitu. Sementara Yuni menatapku dengan bernafsu.

"Sebentar ya Yuni, sekarang aku menggarap ibumu dulu." kataku pada Yuni.
"Lakukan saja Andrie, aku senang dengan situasi seperti ini." jawab Yuni.
Aku terus menciumi payudara tante Siska dengan bersemangat. Ciumanku makin lama makin kebawah. Akhirnya ciumanku mengarah ke vagina tante Siska. Aku menjilati vagina tante Siska dan memasukkan lidah ku kedalam aginanya. Tante Siska menjerit senang.
"Ahh.. Andrie.. terus sayang.." katanya sambil mendesah.

Aku semakin bersemangat saja. Akhirnya aku duduk di sofa dan memberi isyarat pada tante Siska supaya berdiri membelakangiku. Tante Siska mengerti dan membelakangiku. Perlahan-lahan aku mendudukkan tante Siska di pangkuanku dan mengarahkan kontolku ke vaginanya dari belakang dan sambil duduk.
"Biar aku bantu memasukkan kontolmu kedalam memek ibuku Andrie.." kata Yuni sambil menggenggam kontolku dan mengarahkannya kedalam memek ibunya.
Perlahan-lahan kontolku menerobos memek tante Siska. Tante Siska menjerit tertahan begitu kontolku masuk ke memeknya.

"Ahh.. Andrie enak sekali sayang.." kata tante Siska dengan desahan yang makin menaikkan nafsu seks ku.
Aku makin bersemangat saja. Perlahan-lahan tante Siska mulai menaik turunkan pantatnya diatas pangkuanku. Dan tanganku juga asyik meremas-remas payudaranya dari belakang. Sementara Yuni dengan serius memperhatikan tepat di depan kontolku yang sudah masuk kedalam memek ibunya. Sekali-kali waktu tante Siska menaikkan pantatnya, Yuni menjilati batang kontolku. Begitu seterusnya. Gerakan pantat tante Siska mulai cepat. Dan makin lama makin cepat. Dan kelihatan kelincahan pantat tante Siska naik turun diatas pangkuanku. Kadang-kadang dia memutar2 pantatnya.

Sekali waktu kontolku terlepas dari memek tante Siska. Waktu terlepas itu Yuni segera menyambar kontolku dan mengulum-ngulum nyadengan sangat bernafsu. Kemudian memasukkan kembali kedalam memek ibunya. Tanganku tetap tidak berhenti meremas-remas payudara tante Siska. Kadang-kadang aku menghisap payudara tante Siska dari belakang.
"Ahh.. Andrie.. kamu pingin menghisap susuku ya..?" kata tante Siska.
"Kalau begitu aku ubah posisiku ya.. sayanghh.." kata tante Siska sambil melepaskan kontolku dari memeknya dan berbalik menghadap ke depanku.
Kemudian dia kembali memasukkan kontolku kedalam memeknya.
"Ayo sayang.. kita lanjutkan lagi.." katanya.
Kemudian kembali tante Siska menaik turunkan pantatnya diatas pangkuanku. Sementara aku dapat bebas menghisap payudaranya dan meremas-remas payudaranya bergantian.

Tante Siska merintih-rintih diatas pangkuanku. Pantatnya makin lama makin cepat turun naik sehingga kontolku yang sudah masuk kedalam memeknya menimbulkan bunyi. Agak lama juga tante Siska menaik turunkan pantatnya hingga kemudian..
"Andrie.. akusudah mau keluar.. sayanghh.. Kamu gimana..?" katanya.
"Keluarkan saja tante.. aku masih agak lama nih.." kataku sambil menciumi payudaranya dan menghisapnya bergantian.
Sementara tanganku tidak berhenti meremas-remas payudaranya yang putih montok. Tak lama kemudian tante Siska memeluk tubuhku dengan kencang. Kepalaku dibenamkannya dalam-dalam ke payudaranya.
"Ahh.. Andrie.. sayanghh.. aku sudah keluar.." katanya dengan tubuh yang melemah.

Sementara aku masih jauh untuk keluar. Memang aku tidak bisa cepat keluar kalau hanya main dengan satu orang wanita saja. Kemudian tante Siska mencabut kontolku dari memeknya.
"Andrie.. sekarang giliran Yuni yang kamu garap.." katanya sambil menghisap kontolku yang masih tegang.
Aku kemudian bergerak kearah Yuni dan menyuruhnya untuk menungging. Yunipun mengerti dengan tujuanku. Dia menungging dengan posisi kaki tegak. Sementara tangannya memegang sandaran sofa. Tante Siska dan Mbak Shinta hanya duduk dengan nafas yang masih terengah-engah. Perlahan-lahan aku memasukkan kontolku kedalam memek Yuni dari belakang sambil berdiri.

"Ahh.. enak Andrie.." kata Yuni.
Kemudian setelah posisinya pas, aku memaju mundurkan pantatku sambil memegang pantat Yuni dan meremas-remas nya. Makin lama gerakan ku makin cepat dan Yuni merintih rintih dengan suaranya yang makin bikin aku bersemangat.
"Ah.. ahh.. ahh.. Andrie.. enak sayang.." katanya.

Aku tidak peduli dengan suara Yuni malah makin mempercepat gerakan pantatku. Aku lalu meraih payudara Yuni sehingga dia berada pada posisi membelakangiku sambil berdiri. Kaki kirinya kunaikkan keatas pinggir sofa. Kemudian kembali aku menggenjotnya dari belakang sambil tanganku tidak berhenti meremas-remas payudaranya yang montok. Yuni hanya merintih-rintih saja. Sekitar sepuluh menit, aku mulai merasakan tanda-tanda akan keluar.

"Yuni.. aku sudah mau keluar nih.. kamu bagaimana sayang..?" kataku sambil terus menggenjot pantatnya.
"Aku juga hampir keluar Andrie.. kalau kamu mau keluar diluar memekku saja ya sayang.. karena aku belum minum pil KB nih.." katanya.
Tapi ternyata tubuh Yuni sudah mulai menegang.
"Ahh.. Andrie.. aku keluar duluan aghh.." katanya dan ternyata kakinya tidak mampu untuk berdiri sehingga dia terduduk dan kontolku tercabut dari memeknya.
"Aku juga sudah mau keluar ahh.. aku sudah mau keluar juga.." kataku.

Tante Siska dan Mbak Shinta yang dari tadi hanya melihat saja buru-buru mendekat dan mengarahkan kepalanya kekontolku. Yuni juga mendekatkan kepalanya kekontolku. Akhirnya aku keluar juga. Sambil memegang kontolku, aku mengarahkan air maniku kemulut tante Siska, Mbak Shinta dan Yuni yang sudah berjongkok didepan kontolku. Mereka membuka mulutnya lebar-lebar hingga air maniku masuk kedalam mulut ketiganya. Lumayan banyak juga air maniku keluar hari itu. Mereka kelihatan senang melihat air maniku banyak keluar dan mereka menelan spermaku, kemudian mereka bergantian mengulum kontolku sekaligus membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kontolku.

"Ahh.. enak sekkali.." kataku sambil duduk diatas sofa.
Tante Siska duduk disebelah kiriku dan Mbak Shinta duduk di sebelah kananku sementara Yuni duduk di pangkuanku. Kami sama -sama menarik nafas panjang.
"Ahh.. seru sekali ya.." kata Mbak Shinta.
"Iya Andrie memang luar biasa .." kata tante Siska.
Sementara Yuni hanya menggenggam kontolku yang walaupun sudah keluar tapi masih tetap tegang.
"Iya.. aku lemas nih.." jawabku.
Mereka bertiga hanya tersenyum saja. Lama kami terdiam.

"Tadi pagi aku ditelpon Mbak Linda.. ada apa ya..?dia menyuruhku untuk datang kerumahnya." kataku memberitahukan tentang telepon dari Mbak Linda.
"Kapan kamu disuruh kesana Andrie..?" tanya Yuni
"Aku bilang kalau aku bisa datang besok sore." jawabku.
"Ya udah datang aja besok. Mungkin Mbak Linda kangen sama kamu" jawab Yuni lagi.
Aku tersenyum saja mendengarnya.
"Oya tadi ibu sama Yuni beli makanan. Kita makan aja yuk. Lapar nih." kata ibu Yuni.

Akhirnya kami berempat berjalan menuju keruang makan dengan telanjang bulat. Kontolku sudah tidak tegang lagi berayun-ayun kekiri dan kanan waktu melangkah. Tante Siska, Mbak Shinta dan Yuni hanya tersenyum saja melihat kontolku. Kami berempat makan diruang makan dengan telanjang bulat.

Setelah makan kami duduk-duduk santai di meja makan. Hari itu seperti biasa aku tidak diperbolehkan pulang tapi harus menginap disana. Setelah makan kami meneruskan lagi permainan kami di kamar tante Siska yang agak luas. Aku terus mengentot Yuni, ibunya dan Mbak Shinta bergantian dan bermacam gaya. Akhirnya karena kecapekan kami tertidur di kamar tante Siska. Malamnya kami teruskan lagi permainan kami hingga kami kembali tertidur dan bangun pagi hari.

Ke bagian 2